Selasa, 31 Maret 2009

The Arabian Nightmare

by: Robert Irwin
Sesuatu yang misterius terjadi di sebuah negeri di Timur Tengah. Misteri ini semula tidak dipercaya, namun tidak memakan waktu lama, menjadi buah bibir banyak orang. Ia tidak hanya mengguncang penghuni dusun, tapi juga anggota Kerajaan, dan para turis asal Inggris, Italia, dan Amerika. Seperti apa misteri itu? Bagaimana para tokoh utamanya keluar dari kemelut misteri itu? Anda mesti membaca hingga akhir untuk mengetahui jawabannya.


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Mahasati - Kitab Cinta, Kembara dan Air Mata

Adi Toha, Blog Jalaindra.wordpress.com

Lupakan kisah percintaan sepasang manusia yang berjalan dengan indah, manis, dan bahagia. Lupakan kisah percintaan yang biasa-biasa saja, penuh kata-kata manis dan rayuan klise. Bersiaplah untuk sebuah tragedi yang mungkin akan membuatmu berurai air mata. Tapi tunggu dulu, kisah ini bukan kisah tragedi yang melulu berisi air mata. Kisah ini adalah kisah perjalanan seorang lelaki di negeri yang asing dari kampung halamannya. Tapi jangan dulu berharap ini adalah sebuah kisah perjalanan seorang pelancong menyinggahi tempat-tempat yang indah dan eksotik. Ini adalah perjalanan seorang lelaki dalam mengenal dirinya untuk mengenal Tuhannya lewat perjalanan ke negeri-negeri Timur Tengah. Tapi jangan juga terlalu cepat menyimpulkan bahwa novel ini adalah sebentuk novel islami yang melulu berbicara surga dan neraka.
 
Mahasati, novel perdana Qaris Tajudin, jurnalis sebuah koran berita nasional, adalah perpaduan kisah cinta yang tulus dan lekat; perjalanan untuk melupakan dan menemukan; pengembaraan tanpa peta dan rencana; gelora dan semangat pergerakan kaum muda; dan pencarian jati diri lewat pergolakan batin yang kaya. Dituturkan dengan cerdas, puitis, berani dan tanpa mengiba oleh seorang lelaki tahanan dari dalam jeruji Guantanamo.

Adalah Andi, Yoyok, dan Larasati, tiga kawan karib semasa kecil sampai remaja di sebuah desa di Jawa. Benih-benih cinta antara Andi dan Sati tumbuh, mekar, dan hampir berbunga jika saja perpisahan tidak terlanjur datang. Nasib dan perjalanan waktu memisah ketiganya untuk menjalani jalan hidupnya masing-masing. Andi menjadi seorang wartawan, Yoyok menjadi seorang perajin emas, dan Sati menjadi seorang desainer.

Kematian Yoyok karena sebuah kecelakaan membuat Andi dan Sati kembali bertemu setelah sekian lama perpisahan. Di pemakaman, keduanya mencoba mengingat kembali apa yang telah mereka bangun, masihkah ada sisa-sisa yang bisa dipugar kembali menjadi sebuah bangunan cinta yang kokoh dan menjadi tempat bernaung dan berteduh keduanya di tengah kerasnya kehidupan Jakarta. Sati adalah sosok perempuan yang sempurna di mata Andi. Meski ia telah memiliki seorang anak perempuan hasil hubungannya dengan lelaki lain, Andi tetap mencintai dan menyayanginya melebihi siapapun. Bagi Sati, Andi laksana oase tempat melepas lelah, penat dan masalah di tengah gurun tandus jalan hidupnya.

Cinta kembali bersemi. Andi dan Sati telah memugar kembali bangunan cinta mereka dari puing-puing masa lalu. Andi, Sati dan Rania, anak perempuan Sati yang masih kecil, laksana sebuah keluarga kecil yang bahagia. Namun, lautan tempat mereka mengayuh bahtera cinta rupanya tidak membiarkan mereka berlayar dengan bahagia berlama-lama. Badai datang dengan tiba-tiba. Sati kehilangan hak perwaliannya atas Rania. Sati goyah sampai akhirnya ia dirawat di rumah sakit karena kondisi kesehatannya yang sangat kritis. Tak lama kemudian, Sati meninggalkan Andi untuk selama-lamanya.

Kehilangan Sati adalah pukulan mematikan bagi Andi. Ia merasakan kesedihan dan keputus-asaan yang sangat. Berharap untuk melupakan bayang-bayang Sati, Andi melakukan perjalanan ke Kairouan, Tunisia. Alih-alih mengunjungi rumah keluarga Charief Saeed, kenalan Hafiz teman sekampungnya, ia malah bertemu dengan Abdalla ben M'rad, pemilik toko buku, sampai akhirnya ia tinggal di toko buku dan membantu Abdalla untuk menjaga dan menjualkan buku-bukunya. Di toko buku inilah Andi mulai berkenalan dengan Kemal, adik Abdalla, dan Ahmed, anak lelaki Abdalla; keduanya adalah tokoh pergerakan islam di Tunisia. Ia mulai mengikuti ceramah dan ulama terkemuka di Kairouan bersama Ahmed, Kemal, dan Abdalla. Ahmed dan Kemal yang berjiwa muda lebih memilih untuk mengikuti ceramah dan diskusi seorang ulama progresif yang menentang pemerintahan. Andi diajak serta, sampai akhirnya ia tanpa sadar telah menjadi bagian dari mereka.

Andi tidak memiliki rencana berarti yang harus ia ikuti. Ia hanya berharap bisa melupakan Sati. Namun Sati tak kunjung lenyap dari pikirannya. Pun ketika ia bertemu dengan Miriam, seorang gadis Yahudi, mahasiswi sastra Universitas Kairouan yang mencintainya, Andi tidak bisa menerimanya karena ia masih belum bisa melupakan Sati.

Penangkapan para anggota pergerakan oleh pemerintah Tunisia membuat Andi tidak boleh berlama-lama tinggal di Kairouan. Sekali lagi, ia harus melakukan perjalanan, bukan untuk berwisata, namun untuk menyelamatkan diri. Lewat bantuan Miriam, ia dan Ahmed menyelundup ke Sisilia. Sampai akhirnya mereka berdua masuk ke dalam jaringan mafia kelas atas di Sisilia. Mereka bertemu dengan Tumino, salah seorang tokoh mafia yang menganggap dirinya sebagai Obi-wan Kenobi bagi Andi, setelah seorang peramal tua mengatakan bahwa garis hidup Andi sama dengan garis hidup Manlio, seorang mafia legendaris di Sisilia.

Namun, perjalanan hidup Andi belum akan berhenti. Hidup tidak selalu memberi kemudahan bagi lelaki itu. Keadaan yang terjadi di jaringan mafia memaksanya harus segera meninggalkan Italia. Afghanistan menjadi negeri tujuan selanjutnya. Negeri yang tengah dilanda huru-hara perang saudara antara pasukan Taliban dan Mujahidin dirasa lebih aman daripada tempat-tempat yang lain. Di Afghanistan ia menolak untuk bertempur, namun bersedia untuk membantu tenaga medis. Pertemuannya dengan Fairuz, membuatnya menetapkan pilihan untuk menjadi pengawal bersenjata suku-suku nomaden di pegunungan Hindu Kush. Di medan pegunungan yang berbahaya itulah ia bertemu dengan Nafas, sosok perempuan yang hampir seperti sosok Sati.

Dengan sudut pandang bercerita yang bergantian antara Andi dan seorang perwira perempuan Amerika yang bertugas untuk menginterogasi Andi di penjara Guantanamo, Mahasati menjadi semacam memoar atau catatan perjalanan seorang lelaki dalam menjalani kitab hidupnya. Sebagaimana ramalan yang telah dikatakan oleh perempuan tua yang ditemui oleh Andi di Italia, kitab hidup Andi adalah kitab air mata, perjalanannya adalah kapal cinta tanpa pelabuhan, takdirnya adalah terpenjara di antara air dan api, seumur hidupnya hanya mengejar asap, mengejar kekasih hati yang tak memiliki tanah air, negeri atau alamat. Seiring berjalannya interogasi, sang perwira perempuan Amerika mendapati bahwa kisah hidup dan cintanya amatlah kosong dan hampa dibandingkan kisah hidup tahanan yang diinterogasinya. Ia semakin berkeinginan untuk menguak lebih banyak hal dari tahanannya, bukan untuk atasannya, atau pemerintah Amerika, melainkan untuk mengisi kekosongan hidupnya sendiri.

Nuansa Timur Tengah yang hadir dalam novel ini bukan sekedar tempelan, melainkan menjadi bagian yang penting dalam membangun keutuhan cerita. Pengetahuan yang mencukupi yang dimiliki pengarang tidak lantas menjadikannya bertele-tele dan berpanjang lebar dalam menyampaikan detil latar setiap peristiwa. Di satu sisi, pengarang terlihat tidak cukup berani untuk melakukan keberpihakan terhadap suatu masalah, dalam hal ini perbedaan cara pandang antara Barat dan Timur dalam menyikapi terorisme. Cara pandang yang dilakukan oleh Perwira perempuan Amerika masih sebatas cara pandang formal, yakni bagaimana mengungkap akar kebencian dan radikalisme islam terhadap Amerika.

Mahasati, adalah sebuah tuturan pengalaman yang cerdas dan kaya. Tidak melulu berisi cerita cinta, namun juga kembara batin dan raga dalam mencari jawaban sebuah pertanyaan tentang arti kehilangan dan penemuan diri dalam perjalanan tanpa peta dan rencana.

Sati, adalah ritual bunuh diri di India yang dilakukan oleh seorang istri dengan cara masuk ke dalam api perabuan suaminya. Dengan melakukan Sati, sang istri telah menjadi seorang istri sejati yang menemani suaminya sampai ke alam baka. Mahasati, bisa jadi adalah sosok Sati yang agung, yang sempurna, segala-galanya di mata Andi, yang kehilangannya menjadi alasan baginya untuk mengembara ke negeri jauh. Namun, Mahasati, bisa jadi adalah sebuah ritual panjang yang dilakukan oleh Andi untuk menyertai kematian Sati, yang akan menjadikannya seorang pecinta sejati.


www.dinamikaebooks.com

Mahasati

by: Qaris Tajudin
Kenangan dan ketulusan cinta sangat sulit untuk dilupakan. Andi membawanya hingga ke Guantanamo, dimana ia ditahan dan diinterograsi bersama ratusan tawanan perang Afghanistan.

Andi, Larasati dan Yoyok telah membangun persahabatan yang sangat akrab sejak kecil. Kedekatan ini yang akhirnya membawa perasaan cinta diantara 2 sahabat, Andi dan Larasati. Namun karena sebuah keadaan, mereka diharuskan untuk berpisah.

Pertemuan mereka kembali terjadi ketika sahabat mereka, Yoyok, meninggal dunia. Dari sini bibit-bibit cinta yang pernah tertanam, kembali bersemi. bagi Andi, Larasati adalah segalanya. Pun demikian dengan Larasati. Mereka kembali menikmati keindahan cinta mereka ditengah kesulitah hidup Larasati. Kisah cinta mereka seolah jauh dari kebahagiaan, ketika Larasati meninggalkan Andi untuk selamanya.

Kesedihan dan keputusasaan Andi, membawanya ke negara-negara yang belum ia pernah kunjungi sebelumnya, sampai akhirnya ia tertangkap oleh tentara Amerika di Afghanistan, karena dianggap sebagai pasukan mujahidin. Tidak ada satu tentara Amerika pu yang mampu membuatnya bicara, hingga seorang perempuan perwira Amerika mampu membuatnya menguak sisi kelam dari kisah cintanya.


www.dinamikaebooks.com

Senin, 30 Maret 2009

[resensi buku] Kasih Sepanjang Jalan, Mukjizat Sejauh Doa

Jawa Pos, 22 Maret 2009

TAHUN lalu Tiongkok sukses besar menjadi tuan rumah olimpiade. Mata dunia terbelalak ketika pesta skala dunia itu tergarap apik nan gemilang. Namun, negara mahabesar itu masih menyimpan warga yang hidup dalam penderitaan dan kelaparan. Masih ada sebuah desa, Zhangjiashu namanya, yang di abad 21 ini membawa kisah perjuangan sebuah keluarga yang layak nian untuk dihayati.

Ma Yan, gadis beranjak remaja di Desa Zhangjiashu, suatu ketika dimarahi habis-habisan oleh ibunya karena gagal dalam ujian bahasa Tiongkok, mata pelajaran terutama di sekolahnya. \"Setelah semua kerja keras yang kita lakukan, hanya inikah hasilmu?\" tanya ibunya dengan sengit.

Ibunya kemudian memarahi dia dengan kata-kata yang bagi Ma Yan cukup pedas di telinga. \"Kalimat-kalimat kemarahan ibu, alangkah tajamnya, barangkali lebih tajam dari pisau pengerat daging terkeras sekalipun,\" cerita Ma Yan.

Dalam kekesalannya, sang ibu sempat berujar kalau Ma Yan sebenarnya tak layak mendapat roti buatan ibunya. Nilai ujian Ma Yan tak sebanding dengan pengorbanan ibunya. Namun, tak terduga, ibunya malah bersikap lain tak lama setelah amarah besar itu. Diam-diam, lewat bibi Ma Yan, ibunya mengirimkan beberapa buah donat yang nikmat, dan baju hangat untuk melindungi Ma Yan dari hawa dingin.

Ketika melihat donat dan baju hangat itu, Ma Yan tak kuasa menahan diri dari tangis. Betapa besar kasih seorang ibu. Anak yang benar-benar dimarahi, benar-benar disayangi pula!

Kisah-kisah yang menyentuh seperti di atas menghiasi banyak halaman novel ini. Hanya saja, hampir selalu dilampiri dengan khotbah tentang hakikat hidup dan perjuangan meraih mimpi oleh penulisnya. Itulah yang sedikit mengganggu, sehingga iming-iming di sampul belakang buku yang menyatakan bahwa \"novel ini akan membuat Anda berurai air mata\", terkesan sedikit berlebihan. Kita tampaknya -- tentunya tanpa sengaja dilakukan oleh penulis -- diberi ruang terbatas untuk tenggelam dalam imaji yang penuh, karena muatan yang hampir sama besar dengan jalinan kisah di sepanjang buku ini adalah khotbah dan renungan dari para pencerita.

Para pencerita di novel ini ada tiga. Pertama, Ma Yan. Ia tekun menulis catatan perjuangannya meraih pendidikan. Kedua, ibunya. Ketiga, penulis sendiri, yang dalam hal ini lewat pemetaan renungan dan pemikiran Pierre Haski, jurnalis Prancis yang suatu ketika mampir ke Zhangjiashu. Nah, bila novel ini memang merupakan suatu kisah nyata, pilihan penulis untuk memasukkan tiga pencerita agak berlebihan. Sebab, kisah ini awalnya adalah catatan-catatan Ma Yan. Setelah mengalami konflik yang cukup berat untuk bertahan sekolah, ibunya bertemu dengan Pierre Haski. Ia serahkan catatan-catatan itu, lalu jadilah kisah ini.

Bila catatan-catatan itu kemudian dirajut menjadi sebuah tulisan dari sudut pandang Pierre Haski dan Ma Yan saja, tentu akan lebih pas. Ibu Ma Yan tak memiliki catatan apa pun, bahkan tidak bisa baca-tulis, bagaimana mungkin penulis bisa menggambarkan isi benaknya sedemikian banyak di dalam novel?

Juga, yang menjadi tanya besar: bagaimana kisah ini sampai di tangan Sanie B. Kuncoro? Apakah Sanie bertemu dengan Pierre Haski di Prancis, lalu mereka kemudian ke Tiongkok mewawancarai lagi Ma Yan dan keluarganya? Kita tidak tahu. Sangat disayangkan, proses kreatif ini tidak disampaikan dalam bab awal, prolog, atau catatan akhir, atau apalah. Hingga bagian akhir, yang ada hanyalah adegan manis kala Pierre Haski mengikuti seorang ibu dan anak yang berjalan bergandengan tangan. Gandengan tangan yang mengingatkannya pada tangan ibu Ma Yan, yang terkisah di dalam novel sebagai tangan berwarna tembaga, akibat lelah dan panas ditempa kerja keras dan sinar mentari.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan itu, novel ini tergarap dengan bahasa yang sangat rapi. Detail-detail tentang kondisi alam, pergantian musim, dan mata pencaharian para penduduk Zhangjiashu dikisahkan dengan menarik dan wajar.

Selain itu, cerita perjuangan ibu dan ayah Ma Yan di novel ini menyentuh hati. Rasanya banyak orang telah tahu kegigihan orang-orang Tiongkok. Mereka terkenal tegar, selain gigih, dalam menghadapi berbagai kemelut hidup. Bila Anda pernah menyaksikan film indah besutan Zhang Yimou berjudul Not One Less yang mengisahkan kegigihan dan ketegaran seorang guru muda dalam mendidik anak-anaknya yang nakal di suatu pedalaman Tiongkok, maka Ma Yan mengisahkan kegigihan dan ketegaran seorang gadis beranjak remaja dalam menempuh pendidikan.

Dan, kekuatan niat menempuh pendidikan itu juga dirangkai dengan kisah kekuatan doa. Suatu malam Ma Yan menjalankan salat tahajud ketika menyerahkan ibunya kepada Tuhan, agar senantiasa dilindungi. Ibunya harus menempuh perjalanan 400 kilometer menuju perbatasan Ning Xia dan Mongolia Dalam, diangkut dengan traktor, mencari uang untuk anaknya itu. Kasih ibu sepanjang jalan, membuat Ma Yan menghaturkan doanya dengan sujud syukur nan penuh harapan.

Dan, ketika kasih ibu sepanjang jalan dinyatakan, mukjizat demi mukjizat pun terjadi dalam keidupan Ma Yan dan keluarganya lewat doa-doa yang dihaturkan kepada Sang Pemilik Hidup. (*)

*) Sidik Nugroho, Guru Sekolah Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Kitab Presiden Penggeli Hati

Jawa Pos, Minggu, 22 Maret 2009

PADA suatu pagi yang hening, di tengah suasana tafakur doa, para murid tersentak dikegetkan suara guru meditasi mereka bergegar-gegaran meledak dalam tawa. Saat sore tiba, pada upacara pemakaman seorang petinggi kerajaan, para murid dibikin sontak pula oleh derai tawa lepas guru mereka. Malam hari, saat seluruh penghuni perguruan Zen harus silentio stampa (puasa omong), sekali lagi sang guru terpingkal-pingkal ketawa. Para murid masygul mendapati ketidaklaziman itu. Guru pun berkata, \"Manakala surga menyentuh hatiku masakan aku diam saja. Hatiku melonjak girang bagaikan saut riuh kicau burung di waktu fajar.\"

Sang guru Zen telanjur dipandang sebagai manusia bijaksana. Sepanjang hidup, ia mencari, mendalami, dan merenungkan kebijaksanaan. Ia merasa belum sampai pada kebajikan hidup. Kesadaran itu ia alami saat tertawa. Kebijaksanaan justru terjadi saat sang guru tertawa karena menemukan persepsi kontradiktif atas realitas hidupnya.

\"Abundant living: think deeply, speak gently, laugh often, work hard, give freely, pay promptly, pray earnestly, be kind.\" Aforisma John Kanary, spiritualis Kanada ini, pas banget buat meringkas sepak terjang Butet Kartaredjasa. Pengasong jasa akting itu hidup berkelimpahan berkat kegemarannya berpikir mendalam, bicara gagah, selalu bikin siapa pun tertawa lepas, suka bekerja keras, ikhlas memberi, tidak menunda pembayaran, doa bersungguh-sungguh, dan ramah.

Butet Kartaredjasa punya banyak predikat: raja monolog, tukang tonil (pemain sandiwara), pemangsa makanan enak, panglima Front Pemuja Guyonan, dan kolomnis. Buku Presiden Guyonan bukti Butet piawai bertutur dalam bentuk esai. Buku ini merupakan antologi \"Kolom CELATHU\" di harian Suara Merdeka Semarang.

Celathu merupakan sketsa sosial ganjil dibingkai spirit kejenakaan. Mas Celathu, tokoh alter-ego Butet, manusia waton njeplak yang penuh sense of irony. Gerundelan perihal kepahitan hidup senantiasa dibungkus gurau. Celathu, dalam percakapan lumrah orang Jogja dan Jawa Tengah, artinya berujar, menyambar omongan, dan nyeletuk. Butet menyambar fenomena-fenomena aktual. Pun peristiwa yang sedang menghajar dirinya.

Lomba makan kerupuk dan panjat pinang, bagi Butet, tak lain sindiran rakyat terhadap makna hari kemerdekaan. Para pemimpin yang dipercaya sebagai bangsa konsisten menyelenggarakan kemiskinan. Demi sepotong kerupuk rakyat harus berjuang keras dan berebut mengunyah. Makna 64 tahun kemerdekaan masih seperti panjat pinang. Mereka yang di bawah diminta menjadi tumbal kemakmuran segelintir manusia yang bertengger nun di atas singgasana kekuasaan.

\"Dunia ini memang aneh,\" gerutu Butet. Sementara banyak orang bernafsu menjadi raja semu, eh, malah ada raja beneran mendiskon derajat dengan mencalonkan diri sebagai presiden. Pemangku budaya adiluhung itu dinilai Butet silau dengan jabatan politik yang umurnya cuma lima tahun. Kursinya pun penuh ketonggeng, kalajengking, bangsat, lipan, kelabang, dan tikus. Ketimbang jadi presiden beneran tapi mendukung eksperimen guyunan semacam proyek Blue Energi dan Padi Super Toy HL2, Butet memiilih jadi presiden guyonan.

Multimedia di zaman digital cenderung meringkas, memoles, dan memanipulasi informasi dalam bentuk iklan politik. Busuk dibikin segar. Kasar dicitrakan lembut. Jahat dikemas alim. Koruptor dipoles suci. Pembunuh disugestikan dermawan. Kriminal dibesut jadi agamis. Iklan politik bagian dari mata rantai industri dan perdagangan. Hakikatnya jual beli. Modal ditanam agar laba lekas dipanen. Investasi yang tak murah itu jelas bukan pengabdian. Butet menganjurkan khalayak mewaspadai reklame calon anggota legislatif, bupati, wali kota, gubernur, dan presiden. Kepemimpinan tokoh yang mendadak kondang berkat iklan politik punya kecenderungan absurd. Dua tahun pertama ia bakal sibuk sebrak saut mengembalikan modal investasi. Dua tahun berikutnya aji mumpung buat memetik laba. Tahun terakhir sang memimpin sibuk cari modal buat beriklan pada pemilu berikutnya.

Butet mengusulkan merger Departemen Perhubungan dengan Departemen Agama. Departemen Perhubungan sukses meningkatkan keimanan dan ketakwaan manusia Indonesia. Para penumpang pesawat terbang, kereta api, bus, dan kapal laut menjadi religius dadakan. Mereka yang biasanya mengabaikan Tuhan langsung berdoa mohon keselamatan selama perjalanan. Soalnya, pesawat acap nyungsep, kapal karam, bus masuk jurang, dan kereta terguling. Kantor BKKBN sebaiknya ditutup. Peran mengendalikan jumlah penduduk telah diambil alih Departemen Perhubungan. Departemen Agama kelak tugasnya hanya membangun tempat ibadah di bandara, stasiun, pelabuhan, dan terminal. Kelak urusan agama tidak lagi diatur negara. Agama dikembalikan ke wilayah privat seperti halnya mandi, gosok gisi, makan, dan tidur.

Derai tawa Butet berlumuran satir sarkasme yang menggebuk ulu hati. Kemampuan Butet melucuti pelbagai paradoks lalu mengubahnya menjadi ironi bergelimang sikap mencemooh dan menertawakan, meminjam kerangka berpikir antropolog James Scott, boleh disebut sebagai weapon of the weak (senjata kebajikan kaum keserakat).

Butet memang membiasakan diri hidup rileks dan tidak gampang disulut amarah. Serumit apa pun persoalan tidak dibawanya dalam kepanikan. Masalah yang gawat tidak membuatnya kapok ketawa. Selalu ditemukan akal buat mengubah yang pahit menjadi segar. Bercanda membuat syarafnya kendor dan pembuluh jadi longgar. Butet telah menemukan sari pati kehidupan: perasaan syukur. Ia menerima dengan ikhlas diabetes mellitus akut yang bergentayangan di sekujur tubuhnya.

Esai-esai Presiden Guyonan mengalir tak ubahnya kolom Mangan Ora Mangan Kumpul milik almarhum Umar Kayam. Butet memang mewarisi ketangkasan menulis dari mentornya itu. Spontanitas Butet dalam mengironikan tragedi setali tiga uang almarhum Basiyo, komedian masyur Jogja era 70-an. Gaya berkisahnya yang menyengat laksana lebah membangunkan kerbau tidur mengingatkan orang ramai akan obrolan Pak Besut di RRI Jogja dekade 70-an.

Novelis Ashadi Siregar berkomentar, sulit mencari orang Jogja asli yang rileks penuh canda dalam mengurai perkara ruwet. Orang Jogja, tak beda dengan manusia Indonesia umumnya, ngrenggiyek (tegang) menghadapi persoalan pelik semisal status keistimewaan Jogja. Dan, Celathu dibikin asyik dengan goresan jenaka kartunis Dwi Koendoro.

Humor memang siasat menjaga keselarasan semesta hikmah. Celathu menghidupkan kembali semangat ugahari Basiyo dan Pak Besut. (*)

*J. Sumardianta, guru SMA de Britto Jogjakarta, penulis buku Simply Amazing: Inspirasi Menyentuh Bergelimang Makna



www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Jejak Berdarah sang Penakluk

Jawa Pos, Minggu, 29 Maret 2009

Syahdan, awal 2003, mencuat segugus informasi pada jurnal bulanan, American Journal of Human Genetics. Sebuah tulisan bertajuk The Genetic Legacy of The Mongols, melaporkan penemuan penting adanya kesamaan pola gen pada populasi yang tersebar antara lautan Kaspia hingga Samudra Pasifik. Laporan itu adalah hasil riset dan kajian mendalam sekelompok ilmuwan genetika terhadap sampel pola DNA kromosom Y yang dimiliki sejumlah 2000-an pria di kawasan Eurasia. Singkatnya, mereka membuat kesimpulan cukup mengejutkan; ternyata dari 16 juta pria yang telah mereka teliti, merupakan bagian dari satu keluarga yang sangat besar.

Pada saat-saat pertama kali menyimpulkan riset itu, Tatiana Zerjal, salah seorang peneliti, sempat bergumam: \"Jenghis Khan!\" Meskipun pada awalnya dugaan tersebut mirip sebuah lelucon, dalam perjalanan waktu semakin banyak bukti (dari data-data yang telah ada), bahwa keterangan itu merupakan penjelasan terbaik. Mereka berkesimpulan bahwa Jenghis Khan dan bala tentaranyalah yang telah menyebarkan ciri genetika itu, dari Tiongkok Utara, sebagian Eropa sampai Asia Tengah pada 1209 hingga kematiannya sekitar 1227, saat mereka menginvasi daerah-daerah tersebut.

Jenghis Khan adalah tokoh sentral bangsa Mongol di abad 13. Sosok yang semasa kecil dikenal sebagai Temujin itu adalah keturunan raja. Ayahnya, Yasugei, adalah seorang khan (raja) yang mengepalai 13 kelompok suku Borjigin, salah satu suku utama Mongol yang terkenal gagah perkasa. Saat ayahnya terbunuh dalam suatu kudeta perebutan kekuasaan suku Borjigin, Temujin baru menginjak usia 13 tahun. Karena itu, ia tidak pernah dianggap sebagai penggantinya.

Ketika Temujin menginjak usia remaja, ia menjadi pemuda yang tangkas dan berani. Bakat kepemimpinan yang mengalir di tubuhnya, semakin kelihatan saat ia berumur 20 tahun. Suatu kali, secara diam-diam Temujin mengumpulkan kembali seluruh pengikut ayahnya dan melatih mereka dengan disiplin keras. Singkat cerita, ia balik menyerang bekas lawan politik ayahnya dan merebut kembali tahta khan suku Borjigin. Tak berselang lama, ia berhasil pula menyatukan suku-suku Mongol yang hidup terpencar antara Sungai Dzungaria dan Irtish. Bahkan pada 1202, Huraltai --majelis besar suku-suku Mongol-- menahbiskannya sebagai khan bagi seantero orang Mongol, dengan gelar fenomenal: Jenghis Khan atau Sayyid al-Mutlaq dalam bahasa Arab, yang berarti raja diraja.

Mengenai sejarah penghancuran yang pernah dilakukan Jenghis, tak banyak orang tahu. Mungkin sejauh ini, porsi yang paling sering kita dengar adalah penyerangan mereka atas Kota Baghdad, Irak. Karena itu, buku ini hadir mengkhususkan diri ihwal bangsa Mongol dengan informasi yang memikat. Dari buku ini kita akan mengetahui berbagai ulasan menarik terkait bangsa Mongol dan seluk-beluk kehidupan mereka. Lebih-lebih, perbuatan holocaust mereka atas beberapa wilayah yang merentang dari Tiongkok Utara, Tiongkok Barat, Kazahkstan Selatan, Tajikistan, Transoxania, dan Samarkand yang dulu merupakan wilayah dinasti Islam Khwarezm, hingga wilayah Timur Tengah dan sebagian Eropa.

\"Belum pernah ada sebelumnya sebuah budaya yang memiliki dan menggunakan kekuatan untuk membinasakan seperti bangsa Mongol. Dan belum pernah juga sebuah budaya menderita sebagaimana yang tak lama lagi akan diderita dunia muslim,\" kata John Man, seorang travel writer ini.

Invasi dan sasaran Jenghis pertama adalah daerah-daerah tetangga. Tentunya, daratan Tiongkok yang membentang luas itulah yang paling dekat. Padahal, menurut John, yang juga penulis Gobi: Tracking the Desert (2001), Tiongkok di abad 13 adalah wilayah yang terbagi atas tiga daerah dinasti besar yang kuat dan sedang bersaing ketat. Yakni Jin, Sung, dan Xi Xia. Dari ketiga daerah itu, Xi Xia adalah titik terlemah yang diincar Jenghis. Negeri inilah kelak dalam catatan sejarah, daerah pertama yang digempur pasukan Mongol.

Penaklukan Baghdad

Pada 1258, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Setelah diblokade puluhan hari, dinding-dinding Kota Baghdad yang kuat itu diserang pasukan Hulagu (salah seorang cucu Jenghis Khan). Tak ayal, kebiadaan segera meledak. Pembantaian, penjarahan, pemerkosaan, dan pembakaran berlangsung di mana-mana. Bala tentara Mongol menjarah dan menghancurkan masjid, istana, rumah sakit, bangunan kota, kanal-kanal, tanggul sistem irigasi, juga bangunan bersejarah. Tak ketinggalan, perpustakaan di Kota Baghdad pun ikut dihancurkan. Yang mengenaskan, ribuan koleksi buku dibuang ke Sungai Tigris hingga warna air sungai itu berubah hitam sewarna tinta. Para penakluk biadab itu membunuh sekitar 800.000 penduduk, termasuk Khalifah Abbasiyah, Al-Musta\\\'sim, keluarga besar beserta seluruh pembesar kerajaan. Dalam sejarah, serangan ini mengakhiri era kekhalifahan Islam yang gilang-gemilang.

Penaklukan kota megapolitan Islam itu barangkali dapat mewakili keingintahuan kita akan peristiwa laknat sepanjang sejarah umat manusia tersebut. Kota Seribu Satu Malam yang menurut deskripsi John, dirancang berbentuk lingkaran sempurna dengan dinding pertahanan rangkap tiga yang dijaga 360 menara, berukuran sama dengan Paris di akhir abad kesembilan belas, dengan kekayaan yang tidak kalah itu, luluh lantah. Padahal Baghdad kala itu menjadi magnet kaum pedagang, cendekiawan, serta ratusan seniman yang datang dari berbagai penjuru, seperti Spanyol dan India Utara (hlm. 242).

Sekitar 1227, Jenghis Khan menemui ajalnya. Sebuah kematian yang rahasia, tak banyak orang tahu detailnya. Sampai sekarang kejadian yang hampir berumur 800 tahun itu masih menjadi mitos yang dikerubungi teka-teki. Diriwiyatkan, sebelum meninggal ia jatuh sakit gejala tifus. Sejarawan umumnya sepakat bahwa penyakit tersebut telah menjangkiti daerah kurang lebih 100 kilometer selatan pegunungan Liupan, daerah Qing Shui, Provinsi Gansu saat ini (hlm. 342-346). Dan, hingga hari ini, Jenghis Khan seperti menjadi sosok abadi yang terus hidup dalam gen seluruh keturunannya.

Membaca sejarah Mongol ibarat menyaksikan sejarah kelam diaroma pembantaian manusia. Sebuah riwayat kelam praktik genosida yang pernah terjadi di negeri ini, sebelum era tanam paksa. Yakni saat pembangunan jalan mega raksasa Anyer-Panarukan di masa Daendels. Nyawa rakyat kecil yang terpaksa ditumbalkan untuk pembangunan jalan sepanjang 1.000 kilometer itu, menurut sumber Inggris, mencapai 12.000 jiwa. Sebuah praktik genosida yang tentu saja dapat kita sejajarkan dengan kekejaman bala tentara Jengis saat itu. (*)

*) Misbahus Surur, pembaca sejarah, kuliah S-2 di UIN Malang


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Para Penguasa Ekonomi Asia

Republika, Minggu, 29 Maret 2009

Bagaimana para taipan Cina menjadi orang terkaya? Mengapa pula mereka perlu memiliki budak kepala?

Oie Tjong Ham adalah orang terkaya di Indonesia yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Pada masa kolonial dia ditunjuk sebagai Majoor bagi orang Cina Semarang.  Dia berhasil melipatgandakan kekayaan ayahnya yang memang sudah sangat besar. Pola yang diterapkannya dengan metode diversifikasi bisnis.

Dia mendapatkan uang tetap dari opium lalu menggunakannya untuk membesarkan usaha dibidang yang lain. Beberapa di antaranya pendirian industri gula, pabrik penggilingan, dan juga usaha perkebunan. Oleh Joe Studwell dalam bukunya Asian Godfather: Menguak Tabir Perselingkuhan Pengusaha dan Penguasa, ia disebut sebagai salah satu godfather besar di Asia.

Joe menuliskan bahwa para pemimpin usaha yang kaya-raya kebanyakan berasal dari Cina. Hal ini berkaitan dengan migrasi besar masyarakat Cina pada abad ke-19. Ada banyak catatan yang mengatakan bahwa pergolakan dari perang saudara yang terjadi di negara tersebut membuat sebagian besar penduduknya bermigrasi ke luar negeri. Kemudian dengan dukungan teknologi perkapalan yang semakin canggih, masyarakat Cina ini akhirnya sampai ke beberapa daerah di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, atau Indonesia. Populasi imigran Cina paling banyak terdapat di Indonesia dengan jumlah sekitar 23 juta jiwa saat itu.

Kebanyakan mereka memulai usaha dengan dibantu oleh sanak kerabat yang sudah lebih dulu merantau ke Indonesia atau negera yang lain. Lebih khusus di Indonesia, posisi ekonomi mereka menjadi semakin kuat ketika kolonialisme Belanda menguasai negara dengan lima pulau besar itu.

Oleh Belanda, peran kunci ekonomi diserahkan kepada orang Cina. Mereka adalah pengumpul segala jenis pajak dan juga melakukan monopoli usaha. Seperti pajak penjagalan atau hak untuk mengoperasikan pasar-pasar berlisensi. Tapi, pajak terbesar didapatkan dari manufaktur dan juga penjualan opium. Belanda juga memuliakan sebagian orang Cina yang loyal dengan Kolonial itu. Tidak mengherankan jika segelintir orang tersebut akhirnya berkembang menjadi godfather.

Istilah godfather, menurut Joe, memang diambil dari hasil karya Mario Puzo. Sebuah istilah yang merefleksikan tradisi paternalisme, kekuasaan laki-laki, penyendirian, dan mistik yang benar-benar menjadi kisah para taipan Asia. Seperti halnya yang telah dibuat oleh Mario Puzo, para godfather Asia juga terlibat dengan berbagai tindak kecurangan ekonomi, seperti penyelundupan dan terkoneksi erat dengan perjudian. \"Tapi, bukan berarti mereka adalah bos-bos mafia,\" tulis Joe.

Di Indonesia, para taipan atau godfather ini tidak mengalami masa yang indah pada zaman Sukarno. Beberepa aset mereka diambil-alih oleh negara. Namun, ketika terjadi pergolakan politik berdarah pada tahun 1965, Soeharto kembali membuka keran-keran ekonomi bagi mereka.  Presiden kedua itu juga mampu menggunakan kekuatan ekonomi untuk mendukung sisi-sisi militer.

Sehingga, munculah nama Liem Sioe Liong yang sudah mengenal Soeharto pada 1950 karena beberapa transaksi komersil. Selama perang melawan Belanda, Liem dan saudara-saudaranya menyediakan modal untuk tentara Republik. Dua hal inilah yang kemudian membuatnya dekat dengan beberapa perwira tinggi, sehingga dia menerima monopoli impor cengkih secara total. Tidak berhenti di situ, Liem juga melakukan diversifikasi ke industri semen, gula, tepung, dan kopi. Proses ini membuktikan adanya imbalan hubungan antara kekuasaan politik dan pengusaha Cina.

Buku setebal 387 halaman ini tidak hanya mengulas tentang sejarah bagaimana para taipan Asia dapat menguasai perekonomian di wilayah Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Hong Kong. Di bagian kedua, Joe mengungkapkan bagaimana seorang individu mulai melebarkan jaring-jaringnya untuk menjadi seorang godfather.

Pekerja keras
Sebenarnya tidak mengherankan jika orang-orang Cina bisa mendapat sebutan godfather dalam perkonomian Asia. Mereka berasal dari kaum yang mau bekerja keras. Seperti misalnya taipan terkaya di Asia yang hidup di Hong Kong, Li Ka-Shing. Dia datang di Hong Kong tanpa uang sepeser pun, tetapi mampu membangun usaha yang besar. Dia bahkan harus meninggalkan sekolah pada umur 15 tahun karena harus memikul tanggung jawab ekonomi keluarga.

Tapi, bukan sekadar bekerja keras, para godfather ini juga memiliki cara-cara tertentu untuk bisa mengakselerasi kedudukannya menjadi yang paling tinggi. Misal, dengan menikahi putri bosnya, seperti yang dilakukan oleh Lee Kong Chian dari Singapura. Setelah menikah, dia menjadi sejahtera selama tujuh tahun dengan menjadi bendahara mertuanya yang juga merupakan atasannya. Kemudian dia mulai membangun perusahaanya sendiri dengan modal yang sudah didapatkannya itu.

Para godfather ini juga sangat ahli dalam menjaga kerahasiaan. Mereka bahkan enggan berurusan dengan media. Orang-orang seperti Quek Leng Chan dari Malaysia merupakan taipan yang besar, namun citranya sengaja dibuat kabur di depan publik. Ada pula Kwek Leng Beng, sepupunya, yang sangat berhati-hati dalam memilih kata-kata. Dia tidak akan mengeluarkan pernyataan kecuali yang sudah disiapkannya.

Lalu untuk menjaga keutuhan bisnis besar yang telah didiversifikasi, mereka tentu menjaga sebuah aliran pokok uang yang bisa diibaratkan sebagai gunung es emas yang meleleh perlahan. Biasanya mereka menggunakan kekuatan monopoli atau oligopoli untuk memastikan uang tetap berada pada tempatnya. Seperti halnya Stanley Ho yang mendapatkan monopoli Makau dalam segala bentuk perjudian pada 1961, atau Liem Sioe Liong yang memegang monopoli impor cengkih di Indonesia.

Angkat budak kepala
Untuk menghasilkan uang yang sangat banyak tentunya seseorang harus menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk bekerja. Tetapi, waktu kerja para godfather ini berbeda dengan eksekutif besar lainnya. Mereka menjalankan pekerjaanya selayaknya gaya hidup, seperti bermain golf dan bertemu kolega baru untuk menjalin bisnis baru, atau atau pergi ke tukang pijat untuk melemaskan diri.

Untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat mereka menggunakan seseorang yang bisa disebut sebagai budak kepala. Orang seperti ini memiliki gaji yang sangat tinggi, lalu karena kedekatannya dengan godfather, orang-orang ini bisa menjadi sangat setia.


Jelaskan Juga Sebab-Akibat
Meski penuh dengan istilah-istilah yang kurang dimengerti oleh orang awam, pengalaman Joe Studwell menjadi jurnalis di kawasan Asia membuatnya mampu mengalirkan cerita yang jelas dan rinci tentang para godfather ini. Penjelasan tidak hanya berhenti pada unsur sejarah, tetapi juga pada sebab akibat yang membuat mereka menempati posisi tinggi tersebut. Joe tidak hanya menyebutkan para cukong dari etnis Cina, tetapi juga para godfather asli Indonesia, seperti Aburizal Bakrie atau keluarga Kalla.  
kim


www.dinamikaebooks.com

Jumat, 27 Maret 2009

100 Pesan Nabi untuk Wanita

by: Badwi Mahmud al-Syaikh
Wanita salihah adalah dambaan Tuhan sekaligus pujaan hati pria pilihan. Wajahnya memancarkan cahaya kebajikan, akhlaknya menyejukkan hati semua orang, dan sifat-sifatnya mengagumkan para malaikat di atas awan. Jika telah menikah, ia akan melayani suaminya dengan penuh perhatian, cinta, dan kasih sayang. Hatinya begitu suci dari mengkhianati sang suami. Jika memiliki anak, ia akan merawatnya dan mengasuhnya dengan kasih sejati serta mendidiknya dengan akhlak mulia. Itulah sebaik-baik perbendaharaan dunia!

Bagaimanapun, budaya modern yang glamor dan hedonis acapkali menjebak kaum wanita pada sikap mementingkan diri sendiri dan abai terhadap tugas-tugas dan kewajibannya yang mulia. Mereka pun kehilangan arah untuk meniti jalan hidup rabbani yang diridhai Allah. Di sinilah mereka butuh semacam pegangan, penuntun, dan nasihat bijak yang mampu menggerakkan mereka untuk mewujudkan amalan-amalan teladan. Buku ini mengajak kaum wanita untuk selalu memperindah akhlaknya melalui amalan-amalan teladan tersebut. Selamat membaca!


www.dinamikaebooks.com

Ramayana Mahabarata

by: R.K. Narayan
Ramayana dan Mahabarata, tergolong ke dalam epos besar dunia yang berusia sangat tua. Berasal dari India, kedua kisah ini melanglang hingga ke berbagai kawasan asia, termasuk Indonesia. Persinggungan dengan berbagai kebudayaan justru semakin memperkaya versi tentangnya.

RK Narayan, penulis terkemuka asal India, menuliskan kembali kedua epos ini dalam versi aslinya. Sesuai dengan gaya penulisannya, kisah Ramayana dan Mahabarata disajikan secara sederhana dan memikat. Lebih menarik lagi karena kedua karya ini bisa dinikmati sekaligus dalam satu buku saja.


www.dinamikaebooks.com

Kalau Mau Bahagia, Jangan Jadi Politisi!

by: Arvan Pradiansyah
Kebahagiaan mestinya hak setiap orang. Tapi, rupanya politisi adalah jenis makhluk istimewa sehingga sulit dihinggapi kebahagiaan. Mengapa demikian?

Arvan Pradiansyah, penulis buku The 7 Laws of Happiness, menjelaskan dengan memikat mengapa seorang politisi sulit meraih kebahagiaan.

Apakah lalu semua orang tidak boleh berpolitik untuk menjadi bahagia? Tidak selalu demikian, mestinya.

Di sini, Arvan berbagi rahasia bagaimana merasakan kebahagiaan, bahkan jika seseorang harus berpolitik.


www.dinamikaebooks.com

Negeri Van Oranje

by: Wahyuningrat, Adept Widiarsadan Rizki Pandu Permana
Kata siapa kuliah di luar negeri itu gampang?

Perkenalkan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri. Lima anak manusia terlahir di Indonesia, terdampar bersekolah di Belanda demi meraih gelar S2. Mulai dari kurang tidur karena begadang demi paper, kurang tenaga karena mesti genjot sepeda 5 km bolak-balik ke kampus setiap hari, sampai kurang duit hingga terpaksa mencari pekerjaan paruh waktu; semua pernah mereka alami.
 
Selain menjalani kisah susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di Eropa, mereka juga menjalin persahabatan dan berbagi survival tip hidup di Belanda. Mereka pun bergelut dengan selintas pertanyaan di benak mahasiswa yang pernah bersekolah di luar negeri: untuk apa pulang ke Indonesia? Dalam perjalanan menemukan jawaban masing-masing, takdir menuntut mereka memiliki keteguhan hati untuk melampaui rintangan, menggapai impian, serta melakukan hal yang paling sulit: the courage to love!
 
Novel ini ditulis dengan gaya lincah, kocak, sekaligus menyentuh emosi pembaca. Kita juga akan diajak berkeliling mulai dari Brussels hingga Barcelona, mengunjungi tempat-tempat memikat di Eropa, dan berbagi tip berpetualang ala backpacker.


www.dinamikaebooks.com

HAMAS: Ikon Perlawanan Islam terhadap Zionisme Israel

by: Bawono Kumoro
Mengungkap:
Sejarah dan latar belakang pendirian Hamas
Rahasia keberhasilan Hamas merebut hati rakyat Palestina
Sebab-sebab kemenangan Hamas dalam Pemilu Palestina
Konspirasi Israel dan Barat untuk menghancurkan Hamas
Pembunuhan tokoh-tokoh Hamas oleh Israel

Hamas adalah ikon utama perjuangan rakyat Palestina dan umat Islam melawan kezaliman Israel. Meski Israel membombardir Jalur Gaza dan membinasakan ribuan warga sipil Palestina, Hamas tidak pernah sedikit pun menunjukkan rasa gentar. Bahkan, dukungan Amerika Serikat terhadap agresi Israel di Jalur Gaza melalui forum Dewan Keamanan PBB tidak mampu meredam semangat Hamas untuk mengulang kejayaan Hizbullah ketika menghadapi agresi Israel di Lebanon pada pertengahan 2006.
 
Agresi militer Israel di Jalur Gaza telah meningkatkan popularitas Hamas di tingkat dunia internasional. Hamas kini tidak hanya milik kaum Muslim Palestina, tetapi seluruh kaum Muslim di seluruh penjuru dunia. Bahkan, Hamas mendapat tempat di hati setiap orang yang merindukan perdamaian sejati di Timur Tengah. Dunia kini menyadari bahwa tuduhan teroris yang dipropagandakan Amerika Serikat dan Israel hanyalah taktik usang untuk menafikan eksistensi Hamas dalam proses perdamaian Timur Tengah. Hamas telah menjelma menjadi ikon perlawanan.

Siapakah sesungguhnya Hamas? Apa keistimewaan gerakan ini jika dibandingkan dengan gerakan-gerakan perlawanan Palestina lainnya? Seberapa besar peranan Hamas dalam perjuangan kaum Muslim Palestina hingga Israel merasa perlu mengerahkan seluruh kekuatan militer untuk menghancurkannya?
 
Buku ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui sebuah kajian yang komprehensif tentang kiprah politik Hamas selama ini. Pembaca akan memeroleh pemahaman yang lebih mendalam dan rasional mengenai posisi Hamas dalam pusaran konflik Palestina-Israel.


www.dinamikaebooks.com

Kumpulan Lagu Daerah Nusantara Terlengkap

by: Tifla Khaira
Adik-adik, hafal lagu Gambang Suling enggak?
Siapa sih penciptanya? Dari daerah mana ya?
Terus, lagu Bungong Jeumpa, Butet, Injit-injit Semut, Soleram
siapa pencipta dan dari daerah mana?
Nah, kalau Adik-adik ingin hafal lagu-lagu daerah plus dengan notasi baloknya, baca buku ini!

Adik-adik akan menemukan dan menikmati kumpulan lagu daerah lengkap dengan lirik dan notasi baloknya!


www.dinamikaebooks.com

Princess Latifa dan Laba-Laba Pemarah

by: Lana Syahbani
Ketika Princess Latifa bermain bersama para dayang, seorang dayang jatuh tergelincir. Tanpa sengaja tubuhnya merusak sebuah sarang laba-laba. Laba-laba pun marah dan menggigit dayang itu. Apa yang akan dilakukan Princess Latifa? Berhasilkan racun laba-laba di tubuh dayangnya dikeluarkan?

Keunggulan:
  • Mengajak anak mengenal Asmaul Husna secara menyenangkan
  • Melatih dan mengembangkan kecerdasan lingual anak sejak dini
  • Ilustrasi dan desain menarik sesuai untuk anak-anak
  • Memperkaya imajinasi anak-anak melalui kisah princess yang lebih Islami


www.dinamikaebooks.com

Kamis, 26 Maret 2009

[resensi buku] Potret Pernikahan yang Penuh Cinta

N Mursidi, Majalah Anggun edisi 8 Maret 2009

Pernikahan yang dibangun di atas nyala cinta, tidak dimungkiri bisa mengantar bahtera rumah tangga yang dihuni sepasang suami-istri mampu "meraih" kebahagiaan. Sekali pun seribu konflik kadang datang menghantam mahligai rumah tangga, justru hal itu kian mengukuhkan sikap kedewasaan lantaran cinta sejati mampu meneguhkan janji untuk tak saling mengkhianati. Apalagi, jika cinta itu dikobarkan dengan amunisi gairah, makrifat, dan kesetiaan. Praktis, pernikahan akan menjadi janji suci di altar cinta Ilahi.

Nyala cinta yang merekatkan dua insan lawan jenis dalam bingkai pernikahan di altar cinta Ilahi itulah yang sekiranya pas untuk menggambarkan potret pernikahan dua anak manusia, Helvy Tiana Rosa dan Tomi Satryatomo. Apalagi, dari pernikahan mereka (yang dilangsungkan tahun 1995) itu kemudian lahir dua buah hati yang cerdas bahkan menyejukkan kalbu, yakni Abdurahman Faiz dan Nadya Paramitha. Tentunya, kehadiran dua buah hati itu serasa memupuk cinta mereka bisa terus tumbuh di samping ditopang dengan bangunan komunikasi, sikap saling percaya dan kejujuran.

Padahal -sebagaimana dituturkan oleh Helvy maupun Tomi dalam buku Catatan Pernikahan ini, di antara keduanya sebenarnya memiliki karakter yang nyaris tidak bisa dipersatukan. Helvy periang, humoris, sensitif, romantis dan lahir dari kultur Aceh-Medan yang ekspresif. Sedang Tomi bisa dikata detail, logis, pendiam, serius, tidak romantis, dan lahir dari kultur Jawa. Bahkan dulu, sebelum Helvy dan Tomi berikrar untuk menikah pun tak didahului dengan proses pacaran.

Apa "rahasia" yang diterapkan pasangan Helvy dan Tomi bisa meraih mahligai pernikahan yang harmonis? Jawabnya, tak lain karena di balik pernikahan mereka ada nyala cinta yang dibangun dengan saksi Ilahi. Maka, adanya ruang perbedaan itu tidak merenggut pernikahan mereka dari keretakan apalagi perselingkuhan. Sebaliknya nyala cinta itu justru mampu merekatkan makrifat, gairah dan kesetiaan sehingga melahirkan ketenangan. Di samping itu keduanya ternyata menjalani kehidupan sehari-hari dengan sederhana.

Buku Catatan Pernikahan ini sebenarnya sudah pernah diposting Helvy di sebuah blognya; http://helvy.multiply.com tetapi karena kisah dari keluarga figur penggagas FLP (Forum Lingkar Pena) ini mengandung keteladanan dan pelajaran yang layak ditiru dan ditularkan pada orang lain, maka atas permintaan pembaca- kemudian diterbitkan jadi sebuah buku. Untuk melengkapi kelengkapan cerita, maka buku ini disertakan catatan dari Tomi (sang suami) dan Faiz.

Dengan mengangkat cerita yang cukup mengesankan seputar masalah mahar yang dulu diajukan Helvy pada suami, kisah tentang ta`aruf antara mereka yang tidak didahului pacaran, kisah masa awal pernikahan yang jauh dari kemewahan seperti tak ada bulan madu, tinggal di sebuah kontrakan, soal nginap Helvy (waktu mengandung Faiz dan Nadya) dan kehidupan sehari-hari yang dijalani keluarga Helvy.

Tak salah, jika buku ini penuh taburan hikmah sehingga bisa menjadi semacam pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh pembaca, baik yang sudah menikah atau yang hendak menikah. Apalagi, dalam buku ini Helvy menyisipkan pula pandangannya mengenai poligami dan penyelewengan suami yang kerap menjadikan sang istri tidak lebih sebagai korban.

(n mursidi, cerpenis tinggal di Ciputat, Tangerang)


www.dinamikaebooks.com

Catatan Pernikahan

by: Helvy Tiana Rosa
Kisah cinta seorang Helvy Tiana Rosa selama berumah tangga ini dituturkan begitu ringan, haru dan penuh kejutan. Sebuah drama kehidupan sehari-hari tentang cinta, harapan, cita-cita, dan arti penting keberadaan sebuah keluarga. Dan pada hakikatnya, keluarga adalah ruang berteduh yang begitu penting bagi setiap individu.

Bermula dari keluarga inilah karakter individu terbentuk Berawal dari keluarga inilah semangat hidup setiap individu tumbuh. Dan bila anda ingin mengenal peran Helvy Tiana Rosa dalam pembentukan warna keluarganya, maka buku inilah yang paling tepat anda baca.


www.dinamikaebooks.com

[artikel dinamika] Era Gelap Indonesia Tanpa Buku

Koran Jakarta, 11 Maret 2009

Buku adalah jendela dunia. Peribahasa itu mengandung arti cukup dalam. Melalui buku, pelbagai pengetahuan dapat disibakkan. Peran buku dalam mencerdaskan kehidupan bangsa juga tidak bisa dianggap sepele. Cobalah berkaca pada negara-negara maju. Di sana, tingginya minat baca membuat masyarakatnya terbiasa "mengonsumsi" berbagai macam buku. Pangsa pasar yang luas menyebabkan jumlah produksi buku-buku pun semakin tinggi.

Kondisi itu jauh berbeda dengan yang terjadi di Tanah Air. Pada periode 1945-1966, di Indonesia terhitung sekitar 1.000 judul buku diterbitkan penerbit-penerbit partikelir setiap tahunnya. Menginjak periode berikutnya, yakni 1966-1981, angka itu beranjak menjadi 2.000 judul buku per tahun. Namun, di sela-sela periode itu, terutama menjelang akhir '60-an hingga awal '70-an, industri penerbitan nasional sempat mengalami guncangan.

Penyebabnya, subsidi kertas dicabut sehingga banyak penerbit harus menghentikan kegiatannya. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi bidang pendidikan (UNESCO) melaporkan, pada 1973 Indonesia mengalami book starvation (paceklik buku). Saat itu, tidak satu pun judul buku diterbitkan oleh para penerbit nasional.

Kondisi itu sungguh kontras dengan yang terjadi di negara-negara lain, seperti Jepang dan Inggris. Di negeri matahari terbit itu, tidak kurang dari 60.000 judul buku diterbitkan setiap tahunnya, sedangkan di Inggris angkanya bahkan lebih besar, per tahunnya buku yang diterbitkan bisa mencapai 110.155 judul. Angka itu baru dilihat dari jumlah judul buku, belum mencakup penghitungan oplah.

Ketika tahun 1970-an Indonesia pernah mengadakan proyek buku Inpres. Kucuran dana dari pemerintah untuk menyukseskan proyek itu memicu kelahiran ratusan penerbit baru. Namun, seiring penghentian proyek itu yang berarti tidak ada lagi dana mengalir, banyak penerbit kolaps.

Kondisi penerbit yang "mati suri" itu perlahan-lahan bangkit pada akhir '70-an. Hal itu terlihat dengan adanya produksi buku yang mencapai sekitar 10.000 judul pada periode tersebut. Sebenarnya, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang saat itu mencapai 119 juta jiwa, jumlah produksi buku masih belum ideal. Belum lagi jika dibandingkan dengan jumlah produksi buku di negara-negara lain, seperti Jepang dan Inggris.

Banyak faktor yang menjadi penyebab produksi buku di Indonesia tergolong rendah. Di antaranya, faktor daya beli masyarakat serta kebiasaan membaca masyarakat (reading habit) yang masih rendah. Berdasarkan data, minat baca masyarakat Indonesia menduduki peringkat keempat di kawasan Asia Tenggara, setelah Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Bisa jadi, rendahnya kebiasaan membaca itu berkaitan erat dengan daya beli masyarakat. Jika dibandingkan dengan ketiga negara tetangga itu, daya beli masyarakat Indonesia memang masih tergolong rendah. Pada 2008, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia masih sekitar 2.271 dollar AS. Angka itu jauh di bawah pendapatan per kapita Singapura yang mencapai 36.000 dollar AS pada periode yang sama.

Dengan daya beli yang rendah, tidak heran jika masyarakat Indonesia menempatkan belanja buku pada peringkat bawah setelah terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer. Kalau demikian keadaannya, program pengadaan buku-buku murah tampaknya perlu dibangkitkan kembali. Di sinilah kembali diuji komitmen pemerintah dan para penerbit untuk memproduksi banyak buku. Dengan demikian, era gelap Indonesia tanpa buku tidak akan terulang lagi.
mer/L-2

www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Menelusuri Masa Depan

Suara Pembaruan, Maret 2009

Banyak pertanyaan yang muncul tentang masa depan. Dan, dapat dikatakan semua orang pasti peduli dengan masa depan itu. Akan ada berbagai pertanyaan muncul mengenai masa depan ini. Apakah Anda peduli dengan masa depan usaha Anda? Dari manakah kemungkinan datangnya para pelanggan Anda? Bagaimana dengan karier Anda sekarang atau yang akan datang? Barangkali Anda sedang memikirkan masa depan putra-putri Anda atau masa depan Amerika? Apakah Anda tertarik mengetahui risiko-risiko yang mungkin mengincar hidup Anda? Apakah Anda tertarik mengetahui bagaimana perubahan-perubahan yang akan dialami para pelanggan produk atau jasa layanan Anda di masa depan?

Untuk menjawab seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebaiknya Anda memang membaca buku ini. Melalui buku ini kita dapat memetakan masa depan. Pemetaan masa depan adalah proses yang akan memperlihatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia bagi seorang individu, sebuah organisasi, industri, pasar, bangsa, bahkan peradaban. Peta masa depan memperlihatkan gabungan kekuatan-kekuatan yang muncul yang akan membentuk kondisi industri-industri pada masa depan seperti layanan kesehatan atau pasar, layaknya pasar energi.

Peta-peta ini dapat mengidentifikasi risiko dan kesempatan yang sering menentukan langkah-langkah persaingan yang akan diambil, konflik atau kendala-kendala yang akan muncul atau cara-cara melakukan perubahan.

Kecenderungan Utama

Masa depan baru yang benar-benar radikal tengah hadir, sebuah masa depan ekstrem. Temukanlah sepuluh kecenderungan utama yang akan memengaruhi dunia bisnis dan individu dalam 20 tahun ke depan.

Dalam sepuluh kecenderungan utama itu, James Canton, seorang futuris global terkemuka mengingatkan perusahaan yang tergabung dalam Fortune 1.000 dan pemerintahan internasional akan ramalan global. Ia menemukan tren-tren yang akan menciptakan ancaman sekaligus peluang pada masa depan, antara lain: Strategi bisnis yang harus diterapkan untuk unggul dalam kompetisi. Beragam inovasi yang akan mengubah wajah ekonomi global.

Tren energi dan perubahan iklim yang akan membentuk ulang planet ini.

Terobosan ilmu kedokteran yang akan memperpanjang masa hidup. Persaingan global yang akan terjadi menyusul kebangkitan Tiongkok.

Merunut pada Future Shock, Megatrends, dan The Tipping Point, The Extreme Future adalah buku pedoman mengenai tren-tren utama untuk melayari abad ini. Jika Anda ingin mengetahui yang bakal terjadi kelak, bacalah buku ini.

Bagaimanapun, mengetahui masa dapan adalah hal yang menarik. Oleh karena itu, tidak mengherankan banyak orang yang pergi ke paranormal untuk melihat masa depannya. Padahal, yang mereka lakukan itu adalah ramalan, bukan sesuatu yang dapat diperkirakan. Namun, melalui The Extreme Future masa depan benar-benar dapat diketahui, dapat diperkirakan dengan hitungan-hitungan berdasarkan data. [M-5]


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Belajar Dari Kecerdikan Iran

Moh Yasin, Koran Jakarta edisi, 31 Mei 2008

Selama satu dekade terakhir, lewat kekuatan sistem diplomasi, kekayaan minyak, keberanian, dan semangat nasionalisme religiusnya, Iran merasa tidak pernah butuh dan tertarik terhadap bantuan Amerika. Sebaliknya, Iran semakin bangga dengan kecaman-kecaman Amerika. Bahkan, Ahmadinejad, Presiden Iran saat ini, dengan lantang menyatakan bahwa tidak ada gunanya penyelesain konflik AS-Iran lewat diplomasi, yang berguna adalah konfrontasi, dan sikap anti imperealisme dan hegemoni terhadap Barat.

Sikap anti arogansi dan hegemoni Iran ini sebenarnya didasarkan pada satu fakta sejarah hubungan politik yang buruk dan tidak resiprokal antara AS-Iran. Yaitu peristiwa kudeta atas perdana mentri Iran Dr. Mohammad Mosaddeq pada tahun1953, yang dilakukan oleh Amerika lewat CIA bekerjasama dengan Britania SIS. Britania dan Amerika meruntuhkan pemerintahan Front Nasioinal Musaddeq demi tujuan menentang kebijakan nasionalisasi minyak Iran dan kebijakan diplomasi terusan Suez.

Peristiwa kudeta terhadap Musaddeq ini memunculkan sikap anti Barat di masyarakat Iran, rakyat Iran merasa dikhianati dan didhalimi oleh AS. Dimana perasaan tertindas dan rasa ketidakadilan ini pada akhirnya memuncak dan melahirkan Revolusi Islam Iran yang dikomandoi oleh Imam Khomeini.

Lewat revolusi Islam, Negara Republik Islam Iran (RRI) menjadi Negara anti Amerika, memutus hubungan diplomatik dengan Amerika, mengambil alih kedutaan AS, membakar bendera AS, menyandera kedutaan, menolak keberadaan Israel, dan kembali kepada pentingnya religiusitas dan etika. Iran juga anti terhadap liberalisme, materialisme ala Amerika.

Buku karya Ali M Ansari --seorang Professor kajian Timur Tengah di University of St Andrews dan peneliti di program Timur Tengah Chatham House London—yang semula berjudul Confronting Iran ini ingin mendedahkan secara historis fakta hubungan Iran-AS dalam konteks kemerosotan kerajaan Iran dan kebangkitan nasionalisme religius, juga sikap Iran atas berbagai kebijakan-kebijakan Amerika yang berujung pada konfrontasi yang berevolusi hingga sekarang.

Secara historis, hubungan Iran-AS tidaklah berjalan se-ekstrim sepuluh tahun terakhir, sejarah hubungan Iran-AS juga pernah berlangsung mesra dalam berbagai kepentingan politik, ekonomi, dan militer. Sebelum berujung pada hubungan yang konfrontatif yang berlangsung hingga sekarang.

Dengan pendekatan historis kronologis, Ali M. Ansari menunjukkan fakta bahwa hubungan Iran-AS diawali dengan sebuah hubungan diplomatik yang mesra, demi menyelamatkan keuangan kerajaan Iran yang kacau. Amerika pada tahun 1911 mengirimkan Morgan Shuster--seorang Bankir Niaga Amerika-- ke Iran, dan seorang penasehat ekonomi, Arthur Chester Millspaugh, demi memimpin keuangan kerajaan di Iran. Di bawah tangan Shuster dan Millspaugh keuangan Iran berkembang dengan pesat, ekonomi Iran mulai terbangun dan Iran mulai menjalin hubungan perdagangan dengan Barat.

Amerika, bersama Rezim Reza Shah, telah membawa kebangkitan perekonomian Iran, akibat dukungan dana yang besar dari Amerika dan sikap Rezim Reza Shah yang pro-Israel. Bahkan, Reza Shah sempat menjadi Kaisar minyak dunia, melakukan banyak infestasi di luar negeri. Shah bahkan berambisi ingin meletakkan Iran dalam posisi yang sejajar dengan Britania dan Amerika. Di masa ini pula Amerika dan sekutu mendukung program nuklir Iran, dengan asumsi agar tenaga listrik Iran tercukupi dan agar minyak bisa tereksploitasi lebih besar. Amerika menandatangani perjanjian memasok uranium selama 10 tahun dengan Iran, sementara Prancis memberi bantuan SDM dan Britania berupa pendanaan.

Hubungan Iran-AS kembali mencuat pada pergantian Abad ke-20. Saat itu Iran merasa tidak nyaman dengan cara perdagangan Barat, yang cenderung menggunakan kekuatan-kekuatannya untuk berebut minyak di Iran. Iran pun ingin melepaskan diri dari manipulasi politik dari Rusia dan Britania Raya, yang saat itu berebut kekayaan di Iran. Iran memandang bahwa posisi Amerika sebagai sebuah peluang untuk melepaskan diri dari manipulasi politik Rusia dan Britania Raya. Hubungan Iran-AS kembali berlangsung mesra, dengan berbagai program pengembangan ekonomi, pendidikan, budaya dan politik Iran.

Peristiwa kudeta 1953 terhadap Mosaddeq benar-benar menjadi momentum buruk hubungan Iran-AS. Bantuan AS yang memajukan perekonomian Iran dengan dibarengi penjajahan kapitalisme dan materialisme dianggap oleh rakyat Iran sebagai godaan setan. Kebencian rakyat Iran tidak dapat dicegah akibat benturan peradaban ini. Dan lahirlah Revolusi Iran dengan ditandai berdirinya Negara Republik Islam Iran. Sebuah segara dengan semangat keberanian tinggi yang diikuti dengan nasionalisme religius yang tinggi. Sumbangan AS lewat Shuster, Millspaugh dan kemajuan-kemajuan ekonomi yang diraih Rezim Reza Shah tidak ada nilainya di mata rakyat Iran. Rakyat Iran tidak percaya lagi pada sistem hukum yang dibangun oleh Barat.

Pasca wafatnya Imam Khomeini pada tahun 1989, beberapa upaya pemimpin baru Iran untuk mencoba membangun kembali hubungan AS-Iran selalu gagal. Rafsanjani, berusaha mereda konfrontasi AS-Iran lewat jalan nasionalisme, realisme dan visi ekonomi. Begitu juga Mohammad Khatami, lewat gerakan reformasi, dialog komunikasi internasional dengan prinsip kebebasan dan demokrasi Islam. Namun, semua upaya tersebut gagal sebab sikap Iran yang anti Israel.

Meski hanya menyajikan secara historis kronologis dengan analisis yang kurang tajam, dan hanya bersifat informatif. Kehadiran buku ini menjadi sangat penting dalam kaitannya menyajikan bagaimana proses berjalannya pembangunan sebuah negara dari titik nol menuju kemajuan, bahkan menjadi negara superpower. Juga menggambarkan bahwa pemimpin-pemimpin Iran selalu tepat membuat kebijakan di era-nya masing-masing. Mereka pro-Amerika saat mengalami kehancuran, dan anti Amerika saat Amerika mulai ingin mengeksploitasi dan mencuri kekayaan Iran.

*) Moh Yasin, Mahasiswa S-2 ICAS-Paramadina, Jakarta. a Branch of ICAS-London. aktif di The Indonesian famous Institute.

www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] 9 Langkah Menjadi Reallionaire Di Usia Muda

Moh. Yasin, Surabaya Post edisi 06 Juli 2008

Pandangan hidup manusia modern cenderung meletakkan hubungan sesama manusia lebih bersifat biologis, ekonomis dan mekanis sebagaimana yang diusung oleh Modernisme dan Liberalisme. Tolok ukur kesuksesan sering kali didentikkan dengan hal-hal yang melulu bersifat materi, dengan menghitung seberapa banyak tumpukan harta kekayaanya dan cenderung mereduksi sebegitu rupa makna sebuah kesuksesan.

Lantas, apa sebenarnya arti sebuah kesuksesan? benarkah para Miliarder yang setiap tahun namanya dipublikasikan oleh media dan lembaga-lembaga suvei pembuat rangking kekayaan benar-benar merasa bahwa dirinya adalah orang yang kaya raya dan terhormat?. Atau bahkan telah sampai pada puncak kebahagiaan dan kekayaan yang seutuhnya..?

Farrah Gray-- sang penyandang miliarder di usia 14 tahun, pemuda kulit hitam keturunan Amerika-Afrika, memiliki pandangan yang unik dan berbeda mengenai arti sebuah kesuksesan. Bagi Farrah, kesuksesan tidak selalu identik dengan kepemlikan atas harta yang melimpah, tumpukan rekening di bank, rumah yang mewah, mobil bermerek, memiliki villa di berbagai tempat hingga memiliki pesawat jet pribadi. Melainkan pencapaian seseorang pada pemahaman dan kesadaran bahwa dirinya telah menemukan kekayaan dan nilai-nilai yang dimilikinya secara alamiah, tanpa memasukkan unsur-unsur kakayaan material. Artinya seseorang telah menyadari dan menemukan bakat yang melekat pada dirinya dan dimanfaatkannya untuk menggapai apa yang diimpikan atau diinginkannya. Sehingga akan membawa diri seseorang ke tahap pencapaian dan kemakmuran berikutnya, oleh karenanya seseorang akan dibilang benar-benar sukses tatkala telah mencapai pada pucak reallionaire yaitu seseorang yang mengejar keinginannya dengan kesejatian, ketulusan dan kejujuran.(hlm. 12)

Farrah adalah sang reallionaire muda Amerika kulit hitam, di usia 19 tahunnya ia sudah harus sibuk membagi waktunya untuk New York City, Las Vegas dan Nevada, terlibat di berbagai perusahaan besar di AS sperti kartu prabayar Kidztel,Faar-Out Foods, NE2W Venture Capital Fund, Majalah Innercity, talkshow Teenscope, dan kerjasama bisnis lainnya.

Kesuksesan Farrah menjadi reallionaire muda tidaklah dengan proses mudah, Farrah adalah lelaki kelahiran Chicago dari keluarga miskin, lingkungan miskin, dan latar belakang lingkungan yang sama sekali tidak menunjukkan ada potensi kesuksesan yang bisa diambil dari dalamnya. Tapi keadaan buruk ini justru menjadikan sumber inspirasi melimpah bagi Farrah, yang justru menanamkan sifat pantang menyerah yaitu prinsip yang dipenuhi dengan kekuatan diri, keyakinan, fokus, dan hasrat kuat untuk keluar dari situasi sulit. Dan membuatnya menjadi orang yang memiliki impian yang mulia yaitu mnjadi kaya raya dan terhormat atau reallionaire.

Lewat buku ini, Farah ingin berbagi ilmu mengenai pengalaman, prinsip, dan langkah-langkah penting dalam perjalanan meraih kesuksesannya menjadi seorang reallionaire. Dengan gaya tutur curhat dan bahasa yang sangat sederhana, Farrah ingin berbagi tentang kesuluruhan pengalaman dan perjalanan hidupnya secara utuh melalui cerita-cerita tentang proses perjalanan menjalankan bisnisnya dari awal merintis, saat berjuang untuk bangkit dari keterpurukan bisnisnya hingga metode-metode khas bisnis ala farrah yang telah diterapkan dalam menjalankan bisnisnya.

Selain cerita dan metode, Farrah juga akan memberikan roda-roda ampuh yang bisa mempercepat perjalanan anda menuju sang reallionaire. Yaitu prinsip-prinsip yang disebutnya dengan 'keyakinan-keyakinan reallionaire' beserta real-real point, konsep-konsep penting dan pengingat yang bisa menjadi pijakan untuk memupuk semangat saat sedang dalam masa pasang surut, keraguan, kebimbangan. Serta latihan-latihan reallionaire beserta contoh-contoh yang dulu dilakukan oleh Farrah.

Langkah awal menuju kesuksesan diri menurut farrah adalah seseorang harus melakukan emapat hal untuk memperkuat "sisi dalamnya", sehingga bisa memberikan dan menjaga semangatnya, tahu siapa dirinya dan tujuan hidupnya, dimana proses ini dikenal dengan proses mengenal diri pibadi. Pertama, memahami kekuatan sebuah nama, kedua, mengubah penolakan menjadi kesempatan, ketiga, membangun hubungan sesama manusia dengan baik demi mempelajari pengalaman dan pengetahuan orang lain, keempat, bagaimana meraih setiap kesempatan.

Ada empat sasaran yang harus ditentukan dalam memetakan jalan menuju kesuksesan, agar benar-benar menjadi seorang reallionaire sejati yaitu. (1) mennetukan sasaran rohani, meluangkan waktu 5 menit tiap hari untuk bedoa misalnya, (2) sasaran emosional, (3) sasaran fisik (4) sasaran mental. (Hlm 113). 

Tahap kelima adalah setelah menetapkan tujuan, janganlah menentang sistem dan melawan arus kehidupan meskipun terkadang jauh dari kenyamanan, mulailah mencintai kehidupan dan ikutilah arus akan tetapi tetap pada tujuan yang dibuatnya. Tahap keenam, menyiapkan diri secara emosional untuk menerima kegagalan, bagaimana menyikapi atas rasa kecewa dari kegagalan dengan positive thinking bisa menjadikan sebuah kekecewaan menjadi sebuah kesempatan yang mengubah hidup dan melangkah lebih maju. Tahap ketujuh, harus senantiasa focus pada apa yang dikuasai, sebab banyak kesempatan yang kadangkala datang secara bersamaan. Tahap kedelapan, cintai, hormati, peduli, dan sayangilah pelanggan dengan setulus-tulusnya, apapun sikap,perilaku dan tindakan pelanggan harus dibalas dengan senyum dan rasa trima kasih yang tulus. Dan tahap kesembilan, jangan pernah mengabaikan network atau jaringan, sebab yang datang pasti akan pergi oleh karenanya manfaatkan setiap pertemuan dengan seseorang, dan jangan pernah mengabaikan dan meremehkan, siap pun orang yang anda temui.
 
Termasuk langkah menjadi reallionaire yang paling utama menurut Farrah adalah seseorang harus memiliki keyakinan pada dirinya dan Tuhannya, manusia harus mengakui bahwa dirinya lemah di hadapan tuhannya yang bisa dilakukan hanyalah berjuang tanpa pamrih untuk memenuhi panggilan di dunianya. Jika panggilan itu adalah menulis maka menulislah, jika paggilan itu memasak maka memasaklah, yang pasti jangan melakukan segalanya hanya demi uang uang akan datang jika seseorang melakukan segalanya dengan maksud, alasan, dan tujuan yang tepat, mulia, dan terhormat. Dan yakinlah apa yang dilakukan akan membuat dunia menjadi lebih baik.

Sebab puncak dari Kesuksesan seorang reallionaire adalah telah bisa memahami dirinya dan bahagia dengan dirinya, dan bisa berbagi kebahagiaan dengan keluarga, lingkungan, masyarakat dan dunia. Sebab bagian terbesar dari persamaan reallionaire adalah kedermawanan, yaitu sejauh mana kontribusi kita terhadap keluarga, lingkungan, masyarakat dan dunia.

Ditengah-tengah era globalisasi, kehadiran buku ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda bangsa Indonesia, terutama dalam berkarir di dunia bisnis dan menanmkan jiwa kedermawanan dan rasa tanggung jawab sosial dalam dirinya.

*)Moh Yasin
, Pustakawan kelahiran Bojonegoro, mahasiswa Master Program of ICAS-Paramadina Jakarta, A Branch of ICAS-London. Pimpinan redaksi The Indonesian Famous Institute Jakarta.


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Benang Merah Perlawanan Iran

Moh Yasin, Majalah Gatra, edisi 12-18 Februari 2009

Ahmadinejad menjawab seluruh masalah dan tudingan Amerika Serikat terhadap Iran. Buku ini mencerminkan secara kronologis gugatan Iran terhadap dominasi Barat.

Mahmud Ahmadinejad, Presiden Iran, tak henti-hentinya membuat pernyataan anti Israel dan Amerika. Akhir tahun lalu, ia menyampaikan pean Natal yang cukup menggigit. "Seandainya Kristus hidup pada masa kini, Dia akan menentang kekuatan-kekuatan ekspansionis yang suka menggertak mereka yang lebih lemah, menentang para pembohong, menyerukan keadilan, mendorong kasih sesama manusia, dan menentang para pemicu perang dan terorisme'. Katanya, antara lain.

Dunia memang tak bisa memandang sebelah mata posisi Iran di Timur Tengah. Sejak menjadi Presiden Iran, Dr. Mahmud Ahmadinejad bercita-cita mengembalikan Iran seperti di masa-masa keemasan awal revolusi Islam yang dikawal Ayatulloh Imam Khomeini. Ia menerapkan perpaduan populisme dan nasionalisme religius, dengan membangun kepercayaan dan keyakinan masyarakat Iran. Ia menanamkan optimisme bahwa dengan religiusitas, persatuan, dan keteguhan bangsa, Iran akan berhasil merengkuh kemenangan.

Barat dan Amerika pun meluncurkan berbagai propaganda untuk melawan Iran, termasuk embargo ekonomi. Tapi, alah-alih menyurutkan langkah, Iran malah terus mengembangkan sayapnya. Di tengah embargo, misalnya, negeri itu justru sanggup mengembangkan tekhnologi roketnya, yang baru-baru ini berhasil meluncurkan satelit pertama berjuluk Omid atau Harapan.

Masih sebagai jawaban terhadap tekanan Barat, Ahmadinejad muhibah ke beberapa negara muslim seperti seperti Iraq, Afghanistan, Arab Saudi, termasuk Indonesia yang bertujuan mewujudkan persatuan negara-negara Islam. Tak mengherankan jika Menteri Luar Negeri Amerika, Condoleeza Rice, mengatakan bahwa Iran adalah satu-satunya negara yang menjadi tantangan strategis terhadap kepentingan AS di Timur Tengah.

Buku ini boleh dibilang memuat benag merah "perlawanan" Ahmadinejad selama ini. Isinya memang kumpulan naskah pidato lengkap Presiden kesembilan Iran itu di berbagai forum termasuk dalam sidang PBB dan di depan para Rahib Yahudi. Yang cukup menarik adalah perdebatannya ketika hadir di Columbia University, Amerika Serikat, akhir september 2007.

Perang wacana di Columbia University berlangsung tegang. Diawali dengan sambutan tidak hangat dari Rektor Universitas Columbia, Bollinger, hingga pertanyaan sinis berbagai kalangan. Ahmadinejad dihujani berbagai pertanyaan yang selama ini. Misalnya tudingan atas kebijakan Iran yang mendukung teroris, kebijakan nuklir, kebebasan yang terpasung, rendahnya kebebasan pers dan terhalanginya hak privasi perempuan hingga kepemimpinan yang dictator dan kasus lesbian di masyarakat Iran.

Buku ini menuturkan menuturkan secara lengkap seluruh wacana yang berkembang ketika itu. Ia menegaskan, Iran justru menjadi korban terorisme Barat. Nuklir Iran bertujuan damai. Lagi pula, Iran adalah anggota IAEA yang punya hak mengembangkan tekhnologi nuklir untuk tujuan damai. Iran bukan negeri imperialis sehingga mustahil Iran membuat nuklir. Iran selama ini berjuang untuk kebebasan, keagungan, dan kemerdekaan berlandaskan pada nilai-nilai Ilahiah dan keadilan.

Di samping menjawab berbagai pertanyaan atas tuduhan miring itu, di sela-sela acara, dia mengusulkan sekaligus menggugat berbagai kebohongan-kebohongan Amerika Serikat dan sekutunya. Seperti ditutupnya peluang melakukan research atas holocaust oleh Amerika dan Barat. Padahal, menurut dia, peristiwa sebenarnya harus diungkap karena nasib Palestina ditentukan oleh kebenaran itu.

Selain yakin bahwa holocaust membawa akibat penderitaan bangsa Palestina selama 60 tahun, dia juga menuntut penelitian lebih mendalam atas tragedi World Trade Center pada 11 september 2001. Ia menganggap tragedy yang sebab-musababnya masih kabur itu berdampak munculnya perang dan penderitaan rakyat Afghanistan dan Irak serta beberapa Negara lainnya.

*) Moh Yasin, Bergiat di Indonesian Society for Middle East Studies-LIPI. Peneliti pada Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Paramadina. Mahasiswa Program Pascasarjana ICAS-Paramadina, Jakarta. A Branch of ICAS-London.


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Terobosan Baru Mengirit BBM

Moh Yasin, Koran Jakarta 06 September 2008

Tidak dapat disangkal, kenaikan harga BBM, akibat pengurangan subsidi oleh pemerintah, memberikan dampak negatif yang begitu besar dalam keberlangsungan perekonomian dan kehidupan masyarakat. Mulai dari naiknya harga berbagai kebutuhan bahan pokok, transportasi, hingga seretnya pertumbuhan industri perdagangan, dan maraknya berbagai PHK di beberapa perusahaan.

Secara umum, setidak-tidaknya kenaikan harga BBM—yang secara esensial akibat dari keterbatasan kesediaan minyak mentah, dan melambungkan harga minyak mentah dunia—, memunculkan dua reaksi di masyarakat. Pertama, muncul berbagai sikap penolakan atas kebijakan kenaikkan harga BBM, yang dalam konteks ini diwakili oleh para mahasiswa, akademisi, pemerhati sosial, melalui berbagai aksi demonstrasi di berbagai tempat dan daerah, hingga saat ini.

Kedua,
kenaikan harga BBM justru memupuk daya kreatifitas dan memberi dampak positif bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat, demi menyiasati dampak kenaikan harga BBM. Terobosan-terobosan baru mengirit BBM pun marak diterapkan, mulai dari menyiasati mesin di karburasi, memberi campuran pada bahan bakar, hingga yang terbaru upaya pengiritan bahan bakar bensin dan solar dengan memanfaatkan energi air.

Dimana fenomena pengiritan bahan bakar dengan memanfaatkan air ini telah diterapkan oleh berbagai kalangan di beberapa daerah seperti di Jakarta, Semarang, dan Jawa Timur. Selain karena bahan yang mudah di cari, pembuatan yang sangat sederhana dan efisien, alat pengirit bahan bakar ini bisa mengurangi pengeluaran yang cukup efisien, dengan tidak memberi dampak negatif terhadap kendaraan. Tidak heran jika alat ini mulai dijual di beberapa bengkel di daerah-daerah di Indonesia. Alat pengirit bahan bakar bensin dan solar dengan memanfaatkan air ini di kenal dengan 'elektrolisa air', yaitu alat "bebas energi" yang terlihat praktis, evolusioner, sederhana dan efektif.

Buku karya dua anak bangsa, Poempida Hidayatullah, alumnus University of London, dan F. Mustari, lulusan Melbourne University ini, ingin berbagi dengan masyarakat tentang teori dan pembuatan tekhnologi 'elektrolisa air'. Mereka mengawali karya ini dengan upaya memberikan teori, berbagai informasi penting, dan kontroversi sejarah penemuan pemanfaatan tekhnologi air. Kemudian penjelasan secara praktis mengenai bagaimana cara membuat alat penghemat BBM tekhnologi air, bahan-bahan dasar dan alat-alat yang dibutuhkan, cara pemasangan di kendaraan, perawatan, serta contoh praktek pembuatan, dan dilengkapi dengan audio visual praktik pembuatannya dalam bentuk CD, yang dipaketkan bersama buku ini.

Secara teoritis ide pengiritan bensin dan solar dengan memanfaatan air ini bukanlah ide baru, sejak abad ke-19 tepatnya pada tahun 1884 ide ini telah diterapkan oleh beberapa ilmuwan di Eropa, diantaranya adalah seorang ilmuwan dari Swiss, Isac De Rivas dimana ia merancang dan membuat mesin dengan pembakaran internal, dan ia menggunakan air sebagai bahan bakarnya.

Kemudian dikembangkan oleh Jules Gabriel Verne, penulis masa depan The Mysterious Island, ia mengungkapkan bahwa air terdiri dari dua unsur sederhana, dan dapat diuraikan dengan menggunakan energi listrik, sehingga air bisa menghasilkan daya yang sangat besar dan mudah diatur (hal. 8). Teori pembuatan tekhnologi penghematan bahan bakar yang dikenal dengan 'elektrolisa air', sebagaimana diuraikan penulis, merupakan aplikasi dari teori yang dikemukakan oleh Jules Gabriel Verne tersebut.

Tekhnologi 'elektrolisa air' yang diperkenalkan dalam buku ini merupakan pengembangan atas teori air Jules Gabriel Verne. Poempida Hidayatullah dan F. Mustari berpijak pada teori bahwa air memiliki dua unsur, yaitu hidrogen dan oksigen. Dan untuk menghasilkan energi dari air dibutuhkan penguraian atas keduanya, dengan memanfaatkan daya listrik., yang kecil, air bisa mengeluarkan daya yang sangat besar. Proses teori electrolyser HHO ini adalah memisahkan partikel atau molekul air dalam aturan tertentu menjadi 2H untuk hidrogen dan 1 O untuk oksigen sehingga melahirkan kombinasi gas yang dikenal dengan HHO atau brown gas (hal. 29).

Penulis tidak berhenti pada penjelasan secara teoritis belaka, melalui research yang lama, mereka juga memberikan pelajaran berharga mengenai bagaimana secara praktis penerapan tekhnologi ini. Penulis bersama timnya telah mempraktekkan dan menguji secara langsung, bahkan mereka juga menjelaskan secara detail mengenai alat-alat yang dibutuhkan untuk perakitan, mulai dari nama alat, ukuran, jenis, dan alternatif yang dimungkinkan dengan berbagai penjelasan yang sangat baik. Selain itu penulis juga menjelaskan bagaimana cara perawatan, dan bagaimana cara pemasangannya di kendaraan.

Tekhnologi 'elektrolisa', selain tentunya memberikan manfaat secara finansial karena pengiritan bahan bakar, juga memberi manfaat besar untuk perawatan kendaraan. Di antaranya penghematan dan efisiensi bahan bakar hingga 90 persen—bergantung pada jenis kendaraan dan berat muatan—, dapat menyempurnakan pembakaran, sehingga memperlambat keausan komponen serta kerusakan mesin, suhu mesin menjadi dingin, serta menghilangkan karbon deposit, meningkatkan power kendaraan hingga 20 persen, dan mesin menjadi semakin awet karena terjadinya pembersihan karbon deposit yang ada dalam pembakaran, piston dan klep menjadi lebih awet.

Sementara manfaat bagi dunia dan masyarakat umum, kendaraan yang dilengkapi dengan penghemat 'elektrolisa air' mengurangi kebisingan dan zat emisi karbon, sehingga bisa mengurangi polusi yang besar dan membantu menekan pemanasan global.

Buku ini tentunya sangat menarik untuk dipelajari bagi siapa pun, baik kalangan akademisi maupun masyarakat secara umum. Bahkan buku ini bisa menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat bagi anda yang memiliki insting bisnis yang bagus. Sebab alat pengirit BBM ini mungkin akan menjadi kebutuhan pokok kedua setelah bensin dan solar.

Namun, pemberian judul Rahasia Bahan Bakar Air yang melekat dalam buku ini sedikit memberi pandangan yang tidak sedap dan cenderung melebih-lebihkan isi buku. Padahal yang dimaksudkan penulis buku ini bukanlah membuat bahan bakar dari air, sebagaimana kontroversi blue energy yang dikembangkan oleh tim Joko Suprapto bersama Presiden SBY dan beberapa lembaga research di kampus, melainkan mengirit bahan bakar bensin dan solar dengan menggunakan tekhnologi 'elektrolisa air', yaitu sebuah usaha pengiritan BBM dengan memanfaatkan energi air.

*) Moh Yasin, Pustakawan, tinggal di Ciputat dan Mahasiswa S-2 ICAS-Paramadina, Jakarta. a Branch of ICAS-London.


www.dinamikaebooks.com

[resensi buku] Iran Melawan Arogansi AS-Israel

Moh Yasin, Majalah Forum Keadilan edisi 15 Maret 2009.

Mahmud Ahmadinejad bercita-cita mengembalikan Iran kepada masa keemassan. Lalu?

Mahmud Ahmadinejad, bukan sekedar Presiden Republik Islam Iran. Ia adalah orator yang tak segan-segan menyerang lawan-lawan politik di dalam negeri maupun musuh-musuh ideologis di luar negeri. Pria kurus berjenggot lebat itu juga menajdi corong yang popular bagi masyarakat Timur Tengah yang selama ini tertekan oleh dominasi politik dan militer Amewrika Serikat (AS) dan Israel terhadap pemerintah mereka. Padahal secara etnis Iran yang berasal dari Puak Aria Parsia sama sekali berbeda dengan puak Arab di Negara-negara tentangganya.

Sebagai target hujatan utama, Israel jelas sudah gatal membalas gertakan Ahmadinejad. Bahklan kalau tidak itahan Amerika Serikat, Tel Aviv sudah ingin menggempur Iran untuk menghentikan "gangguan stabilitas di Timur Tengah". Namun, melawan kaum Hizbullah di Lebanon Selatan dan Hamas di Palestina yang sering dibantu oleh Iran saja, militer Israel ternyata tidak pernah benar-benar unggul.

Dunia tak bisa memandang sebelah mata terhadap posisi Iran di Timur Tengah. Sejak menjadi Presiden Iran, Dr. Mahmud Ahmadinejad bercita-cita mengembalikan Iran seperti di masa-masa keemasan awal revolusi Islam di bawah Ayatulloh Imam Khomeini.ia memadukan paham kerakyatan dan nasionalisme religius, sambil membangun kepercayaan diri di hati setiap warga Iran. Meskipun menjadi kelompok minoritas di Timur Tengah, kaum muslim Syi'ah Iran yakin akan mampu memimpin bangsa Arab yang berlairan muslim sunni dunia.

Guna meredam pengaruh Iran ini, AS dan sekutu Eropa, plus Israel, terus melancarkan propaganda negative kepada Negara penerus bangsa Persia itu. Tuduhan diobral tentang Iran yang memotori teorisme di Timur Tengah, berambisi menjadi Negara bersenjata nuklir hingga tuduhan miring terhadap pribadi Presiden Ahmadinejad. Bahkan Presiden Israel, Shimon Peres, perlu menghiba kepada meneteri luar negeri Haillary Clinton agar AS tidak membiarkan Iran membuat bom nuklir.

Alah-alih merasa takut atas propaganda-propaganda Barat dan Israel, Ahmadinejad justru meluaskan pengaruh Iran. Kunjungan ke Afghanistan, Arab Saudi, dan bahkan Indonesia, memoles peran Iran sebagai motor pemersatu Negara-negara berpenduduk muslim di dunia.
Selain menghantam melalui jalur keras, AS dan sekutunya berusaha merendahkan intelektualitas Ahmadinejad dengan senagja "membantainya" dalam seminar di Universitas Columbia, AS, tahun 2007. Diawali dengan sambutan negatif dari Rektor Universitas Columbia, Bollinger, Ahmadinejad diserng berbagai pertanyaan sinis oleh akademisi dan wartawan. Mereka menuduh Iran mendukung teroris, memasung kebebasan pers, merendahkan hak pribadi perempuan di Iran serta menerapkan sistem pemerintahan yang otoriter.

Namun, dengan cerdas, Ahmadinejad mampu membungkam semua kritik itu. Buku karya Presiden kesembilan Iran ini adalah rekaman debat dan naskah pidatonya dalam pernag wacana di Universitas Columbia, AS. Demikian pula kumpulan naskah-naskah pidatonya di PBB maupun ketika menghadapi para rahib Yahudi dan para pendeta Nasrani.

Ahmadinejad dengan fasih menegaskan, Iran yang dikekang sanksi ekonomi dan politik justru adalah korban terorisme Negara oleh AS dan sekutunya. kebebasan di Iran adalah kebebasan yang patuh pada hukum dengan berlandaskan hukum Islam yang khas.

Hingga kini Barat tidak pernah mampu membuktikan pengembangan energi nuklir di Iran ditujukan lebih dari kepentingan industri dan perdamaian. Kalaupun Iran mengembangkan peluru kendali dan persenjataan lain, tujuannya untuk mempertahankan memeprtahankan kedaulatan negaranya—bukan untuk menjajah Negara lain.

*) Moh Yasin, Bergiat di lembaga ISMES (Indonesian Society for Middle East Studies)-LIPI. Peneliti pada Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Paramadina. Mahasiswa Program Pascasarjana ICAS-Paramadina, Jakarta. A Branch of ICAS-London.

Judul Buku : Ahmadinejad Menggugat; Republik Islam Iran Mematikan Arogansi Amerika-Israel
Judul Asli : Hoviyar-e Iran dar New York & Goftar dar Ravesh Iranian
Penulis : Dr. Mahmud Ahmadinejad
Penerbit : Zahra, Jakarta
Cetakan : Pertama, Agustus 2008
Tebal : 346 halaman
Harga : Rp. 49 900


www.dinamikaebooks.com

Rabu, 25 Maret 2009

[resensi buku] The Alchemyst (The Secrets of the Immortal Nicholas Flamel)

Pikiran Rakyat

KALI ini, Belia bisa menebak isi buku ini berdasarkan judulnya. Rahasia-rahasia keabadian Mr. Nicholas Flamel dijabarkan dalam buku yang judulnya sama dengan buku legendaris milik Paulo Coelho. Tapi buku ini menawarkan lebih banyak keasyikan buat mereka yang doyan berimajinasi ketimbang bukunya Pak Coelho, hehe….

Cerita berawal dari dua orang saudara kembar, Sophie dan Josh Newman, yang menyaksikan keanehan yang dibungkus aroma sihir pada keluarga Flemming. Mereka melihat Small Book Shop milik Nick dan Perry Flemming diserang oleh kawanan Gollem --makhluk yang terbuat dari lempung. Bukan hanya itu, Ny. Perry pun diculik oleh kawanan makhluk aneh pimpinan John Dee. Usut punya usut, ternyata Nick Flemming, yang punya nama asli Nicholas Flamel ini, adalah seorang alkemis yang lahir pada tahun 1330, dan menciptakan berbagai ramuan yang tercetak pada Buku Abraham sang Magus.

Buku Abraham ini bak harta yang tak ternilai bagi Nicholas dan Perenelle Flamel. Dalam buku itu terdapat ramuan rahasia awet muda ciptaannya. Namun, buku tersebut dan Perenelle berhasil direbut oleh John Dee, musuh bebuyutannya. Si kembar yang kebetulan melihat peristiwa penculikan ini ikutan terlibat. Supaya enggak kaget dengan peristiwa aneh yang bakal mereka temui berikutnya, Mr. Flamel ini pun sengaja melatih mereka untuk bisa membantu menemukan Perenelle sekaligus merebut kembali Buku Abraham sang Magus.

Dibantu oleh Scathach, manusia dari masa lampau yang termasuk ke dalam golongan Sang Tetua, Sophie dan Josh malah menemukan kekuatan yang tak terduga dari diri mereka. Sophie secara tiba-tiba bisa memanggil angin untuk mengusir burung gagak milik Dewi Gagak, rekan John Dee. Petualangan seru pun dialami oleh si kembar. Berempat, mereka melewati serangan bertubi-tubi yang datang dari kawanan John Dee.

Berhasilkah mereka merebut kembali Buku Abraham dan menyelamatkan Perenelle? Baca sampai tuntas ya, karena Belia bakal dihujani beragam pengetahuan tentang legenda yang menyenangkan. Tips dari belia: dengan bantuan om google, coba ikutan search nama-nama aneh yang ada di buku ini. Kejutan menyenangkan siap menanti! ***

tisha_belia@yahoo.com

Penulis: Michael Scott
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Tebal: 501 halaman
Penerbit: Matahati, 2008


www.dinamikaebooks.com

Selasa, 24 Maret 2009

Nod's Limbs (Edgar & Ellen series)

by: Charles Ogden
Surat wasiat Augustus Nod ditemukan. Pendiri kota yang sinting itu mewariskan potongan tubuh patung emas bagi siapa pun yang bisa menemukannya.

Edgar dan Ellen memanfaatkan ini untuk menyelamatkan rumah mereka dan menolong Pet yang sekarat. Mengikuti petunjuk demi petunjuk, perburuan ini menguak banyak misteri di masa lalu. Misteri yang akan mengubah kota Nod's Limbs selamanya…


www.dinamikaebooks.com

The Lonely Planet Story

by: Tony Wheeler, Maureen Wheelerdan
Pada pertengahan 1972, Tony dan Maureen Wheeler berangkat melakukan perjalanan keliling dunia selama setahun. Setelah mengikuti "jejak hippie" dari Inggris melintasi Asia ke Australia, mereka mengenali perlunya panduan perjalanan jenis baru yang cocok dengan pelancong tipe baru yang santai dan independen.

Lebih dari tiga puluh tahun kemudian, mereka menjadi pemilik salah satu perusahaan penerbitan panduan perjalanan terbesar, tersukses, dan paling dicintai di dunia. Lonely Planet Publication memiliki kantor di tiga benua, dengan 400 pegawai, 250 penulis, lebih dari 600 judul yang masih beredar, dan penjualan tahunan lebih dari enam juta buku. Tony dan Maureen Wheeler tinggal di Melbourne, Australia. Inilah kisah luar biasa tentang pasangan petualang yang ber-backpacking lintas Asia dan mendirikan bisnis penerbitan panduan perjalanan tersukses di planet ini.


www.dinamikaebooks.com