Kamis, 26 Maret 2009

[resensi buku] Benang Merah Perlawanan Iran

Moh Yasin, Majalah Gatra, edisi 12-18 Februari 2009

Ahmadinejad menjawab seluruh masalah dan tudingan Amerika Serikat terhadap Iran. Buku ini mencerminkan secara kronologis gugatan Iran terhadap dominasi Barat.

Mahmud Ahmadinejad, Presiden Iran, tak henti-hentinya membuat pernyataan anti Israel dan Amerika. Akhir tahun lalu, ia menyampaikan pean Natal yang cukup menggigit. "Seandainya Kristus hidup pada masa kini, Dia akan menentang kekuatan-kekuatan ekspansionis yang suka menggertak mereka yang lebih lemah, menentang para pembohong, menyerukan keadilan, mendorong kasih sesama manusia, dan menentang para pemicu perang dan terorisme'. Katanya, antara lain.

Dunia memang tak bisa memandang sebelah mata posisi Iran di Timur Tengah. Sejak menjadi Presiden Iran, Dr. Mahmud Ahmadinejad bercita-cita mengembalikan Iran seperti di masa-masa keemasan awal revolusi Islam yang dikawal Ayatulloh Imam Khomeini. Ia menerapkan perpaduan populisme dan nasionalisme religius, dengan membangun kepercayaan dan keyakinan masyarakat Iran. Ia menanamkan optimisme bahwa dengan religiusitas, persatuan, dan keteguhan bangsa, Iran akan berhasil merengkuh kemenangan.

Barat dan Amerika pun meluncurkan berbagai propaganda untuk melawan Iran, termasuk embargo ekonomi. Tapi, alah-alih menyurutkan langkah, Iran malah terus mengembangkan sayapnya. Di tengah embargo, misalnya, negeri itu justru sanggup mengembangkan tekhnologi roketnya, yang baru-baru ini berhasil meluncurkan satelit pertama berjuluk Omid atau Harapan.

Masih sebagai jawaban terhadap tekanan Barat, Ahmadinejad muhibah ke beberapa negara muslim seperti seperti Iraq, Afghanistan, Arab Saudi, termasuk Indonesia yang bertujuan mewujudkan persatuan negara-negara Islam. Tak mengherankan jika Menteri Luar Negeri Amerika, Condoleeza Rice, mengatakan bahwa Iran adalah satu-satunya negara yang menjadi tantangan strategis terhadap kepentingan AS di Timur Tengah.

Buku ini boleh dibilang memuat benag merah "perlawanan" Ahmadinejad selama ini. Isinya memang kumpulan naskah pidato lengkap Presiden kesembilan Iran itu di berbagai forum termasuk dalam sidang PBB dan di depan para Rahib Yahudi. Yang cukup menarik adalah perdebatannya ketika hadir di Columbia University, Amerika Serikat, akhir september 2007.

Perang wacana di Columbia University berlangsung tegang. Diawali dengan sambutan tidak hangat dari Rektor Universitas Columbia, Bollinger, hingga pertanyaan sinis berbagai kalangan. Ahmadinejad dihujani berbagai pertanyaan yang selama ini. Misalnya tudingan atas kebijakan Iran yang mendukung teroris, kebijakan nuklir, kebebasan yang terpasung, rendahnya kebebasan pers dan terhalanginya hak privasi perempuan hingga kepemimpinan yang dictator dan kasus lesbian di masyarakat Iran.

Buku ini menuturkan menuturkan secara lengkap seluruh wacana yang berkembang ketika itu. Ia menegaskan, Iran justru menjadi korban terorisme Barat. Nuklir Iran bertujuan damai. Lagi pula, Iran adalah anggota IAEA yang punya hak mengembangkan tekhnologi nuklir untuk tujuan damai. Iran bukan negeri imperialis sehingga mustahil Iran membuat nuklir. Iran selama ini berjuang untuk kebebasan, keagungan, dan kemerdekaan berlandaskan pada nilai-nilai Ilahiah dan keadilan.

Di samping menjawab berbagai pertanyaan atas tuduhan miring itu, di sela-sela acara, dia mengusulkan sekaligus menggugat berbagai kebohongan-kebohongan Amerika Serikat dan sekutunya. Seperti ditutupnya peluang melakukan research atas holocaust oleh Amerika dan Barat. Padahal, menurut dia, peristiwa sebenarnya harus diungkap karena nasib Palestina ditentukan oleh kebenaran itu.

Selain yakin bahwa holocaust membawa akibat penderitaan bangsa Palestina selama 60 tahun, dia juga menuntut penelitian lebih mendalam atas tragedi World Trade Center pada 11 september 2001. Ia menganggap tragedy yang sebab-musababnya masih kabur itu berdampak munculnya perang dan penderitaan rakyat Afghanistan dan Irak serta beberapa Negara lainnya.

*) Moh Yasin, Bergiat di Indonesian Society for Middle East Studies-LIPI. Peneliti pada Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Paramadina. Mahasiswa Program Pascasarjana ICAS-Paramadina, Jakarta. A Branch of ICAS-London.


www.dinamikaebooks.com

0 komentar: