Kamis, 26 Maret 2009

[resensi buku] Terobosan Baru Mengirit BBM

Moh Yasin, Koran Jakarta 06 September 2008

Tidak dapat disangkal, kenaikan harga BBM, akibat pengurangan subsidi oleh pemerintah, memberikan dampak negatif yang begitu besar dalam keberlangsungan perekonomian dan kehidupan masyarakat. Mulai dari naiknya harga berbagai kebutuhan bahan pokok, transportasi, hingga seretnya pertumbuhan industri perdagangan, dan maraknya berbagai PHK di beberapa perusahaan.

Secara umum, setidak-tidaknya kenaikan harga BBM—yang secara esensial akibat dari keterbatasan kesediaan minyak mentah, dan melambungkan harga minyak mentah dunia—, memunculkan dua reaksi di masyarakat. Pertama, muncul berbagai sikap penolakan atas kebijakan kenaikkan harga BBM, yang dalam konteks ini diwakili oleh para mahasiswa, akademisi, pemerhati sosial, melalui berbagai aksi demonstrasi di berbagai tempat dan daerah, hingga saat ini.

Kedua,
kenaikan harga BBM justru memupuk daya kreatifitas dan memberi dampak positif bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat, demi menyiasati dampak kenaikan harga BBM. Terobosan-terobosan baru mengirit BBM pun marak diterapkan, mulai dari menyiasati mesin di karburasi, memberi campuran pada bahan bakar, hingga yang terbaru upaya pengiritan bahan bakar bensin dan solar dengan memanfaatkan energi air.

Dimana fenomena pengiritan bahan bakar dengan memanfaatkan air ini telah diterapkan oleh berbagai kalangan di beberapa daerah seperti di Jakarta, Semarang, dan Jawa Timur. Selain karena bahan yang mudah di cari, pembuatan yang sangat sederhana dan efisien, alat pengirit bahan bakar ini bisa mengurangi pengeluaran yang cukup efisien, dengan tidak memberi dampak negatif terhadap kendaraan. Tidak heran jika alat ini mulai dijual di beberapa bengkel di daerah-daerah di Indonesia. Alat pengirit bahan bakar bensin dan solar dengan memanfaatkan air ini di kenal dengan 'elektrolisa air', yaitu alat "bebas energi" yang terlihat praktis, evolusioner, sederhana dan efektif.

Buku karya dua anak bangsa, Poempida Hidayatullah, alumnus University of London, dan F. Mustari, lulusan Melbourne University ini, ingin berbagi dengan masyarakat tentang teori dan pembuatan tekhnologi 'elektrolisa air'. Mereka mengawali karya ini dengan upaya memberikan teori, berbagai informasi penting, dan kontroversi sejarah penemuan pemanfaatan tekhnologi air. Kemudian penjelasan secara praktis mengenai bagaimana cara membuat alat penghemat BBM tekhnologi air, bahan-bahan dasar dan alat-alat yang dibutuhkan, cara pemasangan di kendaraan, perawatan, serta contoh praktek pembuatan, dan dilengkapi dengan audio visual praktik pembuatannya dalam bentuk CD, yang dipaketkan bersama buku ini.

Secara teoritis ide pengiritan bensin dan solar dengan memanfaatan air ini bukanlah ide baru, sejak abad ke-19 tepatnya pada tahun 1884 ide ini telah diterapkan oleh beberapa ilmuwan di Eropa, diantaranya adalah seorang ilmuwan dari Swiss, Isac De Rivas dimana ia merancang dan membuat mesin dengan pembakaran internal, dan ia menggunakan air sebagai bahan bakarnya.

Kemudian dikembangkan oleh Jules Gabriel Verne, penulis masa depan The Mysterious Island, ia mengungkapkan bahwa air terdiri dari dua unsur sederhana, dan dapat diuraikan dengan menggunakan energi listrik, sehingga air bisa menghasilkan daya yang sangat besar dan mudah diatur (hal. 8). Teori pembuatan tekhnologi penghematan bahan bakar yang dikenal dengan 'elektrolisa air', sebagaimana diuraikan penulis, merupakan aplikasi dari teori yang dikemukakan oleh Jules Gabriel Verne tersebut.

Tekhnologi 'elektrolisa air' yang diperkenalkan dalam buku ini merupakan pengembangan atas teori air Jules Gabriel Verne. Poempida Hidayatullah dan F. Mustari berpijak pada teori bahwa air memiliki dua unsur, yaitu hidrogen dan oksigen. Dan untuk menghasilkan energi dari air dibutuhkan penguraian atas keduanya, dengan memanfaatkan daya listrik., yang kecil, air bisa mengeluarkan daya yang sangat besar. Proses teori electrolyser HHO ini adalah memisahkan partikel atau molekul air dalam aturan tertentu menjadi 2H untuk hidrogen dan 1 O untuk oksigen sehingga melahirkan kombinasi gas yang dikenal dengan HHO atau brown gas (hal. 29).

Penulis tidak berhenti pada penjelasan secara teoritis belaka, melalui research yang lama, mereka juga memberikan pelajaran berharga mengenai bagaimana secara praktis penerapan tekhnologi ini. Penulis bersama timnya telah mempraktekkan dan menguji secara langsung, bahkan mereka juga menjelaskan secara detail mengenai alat-alat yang dibutuhkan untuk perakitan, mulai dari nama alat, ukuran, jenis, dan alternatif yang dimungkinkan dengan berbagai penjelasan yang sangat baik. Selain itu penulis juga menjelaskan bagaimana cara perawatan, dan bagaimana cara pemasangannya di kendaraan.

Tekhnologi 'elektrolisa', selain tentunya memberikan manfaat secara finansial karena pengiritan bahan bakar, juga memberi manfaat besar untuk perawatan kendaraan. Di antaranya penghematan dan efisiensi bahan bakar hingga 90 persen—bergantung pada jenis kendaraan dan berat muatan—, dapat menyempurnakan pembakaran, sehingga memperlambat keausan komponen serta kerusakan mesin, suhu mesin menjadi dingin, serta menghilangkan karbon deposit, meningkatkan power kendaraan hingga 20 persen, dan mesin menjadi semakin awet karena terjadinya pembersihan karbon deposit yang ada dalam pembakaran, piston dan klep menjadi lebih awet.

Sementara manfaat bagi dunia dan masyarakat umum, kendaraan yang dilengkapi dengan penghemat 'elektrolisa air' mengurangi kebisingan dan zat emisi karbon, sehingga bisa mengurangi polusi yang besar dan membantu menekan pemanasan global.

Buku ini tentunya sangat menarik untuk dipelajari bagi siapa pun, baik kalangan akademisi maupun masyarakat secara umum. Bahkan buku ini bisa menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat bagi anda yang memiliki insting bisnis yang bagus. Sebab alat pengirit BBM ini mungkin akan menjadi kebutuhan pokok kedua setelah bensin dan solar.

Namun, pemberian judul Rahasia Bahan Bakar Air yang melekat dalam buku ini sedikit memberi pandangan yang tidak sedap dan cenderung melebih-lebihkan isi buku. Padahal yang dimaksudkan penulis buku ini bukanlah membuat bahan bakar dari air, sebagaimana kontroversi blue energy yang dikembangkan oleh tim Joko Suprapto bersama Presiden SBY dan beberapa lembaga research di kampus, melainkan mengirit bahan bakar bensin dan solar dengan menggunakan tekhnologi 'elektrolisa air', yaitu sebuah usaha pengiritan BBM dengan memanfaatkan energi air.

*) Moh Yasin, Pustakawan, tinggal di Ciputat dan Mahasiswa S-2 ICAS-Paramadina, Jakarta. a Branch of ICAS-London.


www.dinamikaebooks.com

0 komentar: