Rabu, 25 Februari 2009

[resensi buku] Novel Klasik tentang Cinta dan Materialisme

Ruang Baca Koran Tempo, Edisi 25 Februari 2009

Sebagai potret kehidupan kelas atas New York pada masa lalu, novel ini menjadi karya klasik yang tak pernah lekang oleh masa. Breakfast at Tiffany's yang ditulis oleh Truman Capote pada 1958 kian populer setelah muncul sebagai film layar lebar dengan bintang utama Audrey Hepburn pada 1961 dan tiga puluh tahun kemudian menjadi inspirasi sebuah lagu hit milik kelompok musik Deep Blue Something.

Truman Capote (1925-1984), pengarang terkemuka Amerika yang kisah hidupnya telah diangkat ke layar perak dalam film Capote (2005) dan Infamous (2006), menuliskan kisah ini dengan menawan. Dia berhasil memadukan sentuhan humor, romantisme, dan berbagai pertanyaan menggelitik seputar cinta dan materialisme.

Novel indah ini berkisah tentang Holly Golightly, seorang wanita muda misterius berjiwa bebas yang menjadi pujaan kaum pria kelas atas New York. Orang-orang mengenalnya sebagai ratu pesta, simpanan jutawan, dan sekaligus kaki tangan mafia. Namun, siapakah sesungguhnya dia? Apakah yang dicarinya: cinta atau harta?

Masa kecil Holly tidak bahagia. Karena terpepet kemiskinan, dia terpaksa menikah pada usia 14 dan pindah dari Hollywood ke New York. Di kota berjuluk Big Apple itu, Holly bekerja sebagai gadis panggilan kelas atas sambil sesekali menjadi pembawa pesan rahasia bagi bos mafia yang sedang dibui.

Dituturkan dari sudut pandang seorang pemuda yang mengaguminya, kisah ini menyelami manis getir liku-liku kehidupan Holly Golightly, salah satu karakter paling legendaris di dunia sastra yang cantik dan menggemaskan, tapi juga memiliki banyak sisi kelam. Pemuda itu adalah tetangga Holly di sebuah apartemen di New York pada 1920-an yang bercita-cita menjadi penulis dan tengah merintis karier.

Pada suatu hari, Holly secara kebetulan bertemu dengan tetangga satu apartemennya itu. Cerita kemudian berkisar pada hubungan antara Holly dan tokoh "aku", serta sejumlah pria yang mengejar cinta Holly. Melalui kisah hidup tokoh Holly pula novel ini dengan cara yang menarik mempersoalkan tarik-menarik antara cinta, materialisme, dan kemunafikan dalam kehidupan kota besar yang penuh kepalsuan dan persaingan.

Pada 1961, novel ini diangkat ke layar perak sebagai film roman komedi oleh sutradara Blake Edwards dengan pemeran utama Audrey Hepburn dan George Peppard. Seperti bukunya yang mencetak sukses, film ini pun meraih sukses besar di seluruh dunia dan melambungkan nama Hepburn sebagai salah satu bintang papan atas Hollywood. Penampilannya dalam film ini sebagai Holly Golightly yang tinggi langsing bergaun pesta hitam dengan pipa rokok panjang menjadi salah satu ikon Hollywood abad ke-20.

Pada mulanya, Capote ingin agar Marilyn Monroe yang memerankan Holly Golightly sewaktu menjual hak untuk pembuatan film novel ini kepada Paramount Studios. Namun, oleh produsernya peran itu dipercayakan kepada Audrey Hepburn dan cerita dalam filmnya diubah menurut selera Hollywood sehingga mengecewakan Capote. Skenario film yang ditulis George Axelrod berdasarkan novel Capote mengubah akhir cerita yang sengaja dibikin tidak tuntas pada versi aslinya menjadi penyelesaian happy ending gaya Hollywood.

Breakfast at Tiffany\\\'s
versi film dibuka dengan adegan Holly Golightly (Audrey Hepburn) berdiri memandangi jendela etalase toko perhiasan Tiffany\\\'s di Manhattan sambil menyantap croissant sebagai sarapan pagi. Adegan itu menjadi legendaris. Begitu pula dengan adegan saat Holly menyanyikan lagu Moon Riverdi jendela apartemennya dan ketika Holly mencari kucingnya (dalam film dinamai Orangey, sedangkan dalam novelnya tak bernama) di tengah hujan lebat.

Dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia, Breakfast at Tiffany's tampil dengan sampul menarik yang menggambarkan sosok Audrey Hepburn dengan latar belakang gedung-gedung tinggi New York. Di bagian akhir buku, ditambahkan pula catatan tentang hal-hal menarik yang berkaitan dengan popularitas Breakfast at Tiffany\\\'s dan pengaruhnya terhadap pop culture yang dilengkapi sejumlah foto dari adegan filmnya, juga foto sang penulis tengah berdansa dengan aktris Marilyn Monroe.

Anton Kurnia,
penulis dan pencinta buku, tinggal di Jakarta


www.dinamikaebooks.com

0 komentar: