Senin, 26 Januari 2009

[resensi buku] Jenghis Khan, Sang Penguasa Dua Benua

Republika Online Minggu, 21 Desember 2008

Pada Maret 2003, sebuah artikel mengagumkan muncul di American Journal of Human Genetics. Dari sebanyak 2.000 pria di seluruh Eurasia yang diuji DNA-nya, ditemukan beberapa lusin pria di antaranya mempunyai struktur genetik yang mirip. Struktur yang juga dimiliki tidak kurang dari 16 kelompok populasi yang menyebar antara Laut Kaspia dan Samudera Pasific.

Jika 16 kelompok itu diperhitungkan ke seluruh populasi kawasan tersebut, maka ada sekitar 16 juta pria yang merupakan bagian dari satu keluarga yang sangat besar. Sebuah hipotesis pun dikemukakan bahwa pada sekitar abad ke-12 ada seorang pria yang menyebarkan benih genetiknya di hampir seluruh Eurasia. Serorang pria bernama Jenghis Khan-lah yang paling mungkin untuk melakukan hal tersebut.

Saat kematiannya pada 1227, Jenghis Khan telah membangun sebuah kerajaan yang mampu menguasai kawasan dari Laut Kaspia hingga Samudera Pasifik. Dia adalah orang yang menaklukkan daratan Cina hingga sebagian Eurasia. Daerah kekuasaannya empat kali lebih besar dari Alexander Agung, dan dua kali lebih besar dari imperium Roma. Dalam setiap penaklukannya, wanita cantik merupakan bagian dari harta rampasan dalam peperangan dan merupakan persembahan dari perwara bawahan sebagai sebuah pernyataan kepemimpinan.

Jenghis Khan juga merupakan orang yang bertanggung jawab atas kematian jutaan orang, termasuk kaum Muslim, kurun 1209 - 1227. Meski demikian, dia adalah orang pertama yang menghubungkan perdagangan antara dataran Cina dan bangsa-bangsa di kawasan Eurasia melalui jalur sutra. Dia adalah pria yang menjamin keamanan dan perdamaian di sepanjang jalur tersebut. Jenghis juga mulai mengenalkan penggunaan bubuk mesiu, uang kertas, serta kitab hukum yang mengatur tentang pemerintahan, dan undang-undang, Yassa Agung.

Sejarawan Inggris, John Man, membeberkan tentang seluk-beluk Jenghis Khan itu melalui bukunya, Genghis Khan Life, Death and Ressurection atau dalam cetakan Indonesianya, Jenghis Khan, Legenda Sang Penakluk Dari Mongolia. Dalam penceritaannya, John tidak hanya berpaku pada literatur-literatur yang sudah ada. Penulisannya juga berdasarkan tapak tilas perjalanan sang penakluk itu dari kawasan Asia hingga Eropa. Dia juga mewawancara beberapa penduduk lokal tentang keberadaan makam Jenghis Khan yang masih misterius.

John juga mengungkap sesuatu yang berbeda di balik buku The Secret History: Sebuah buku kisah perjalanan Jenghis Khan yang ditulis saat dia masih berkuasa hingga kematiannya. Seperti sebuah fakta bahwa orang yang telah bertarung dalam banyak peperangan itu ternyata takut dengan anjing-anjing dari Mongolia.

Kisah Jenghis Khan diawali dari seorang anak bernama Temujin yang merupakan seorang pelarian. Anak yang terus hidup dengan dendam dari orang-orang yang pernah menyiksa dan menganiaya dirinya. Seiring waktu dan pencapaiannya selama 10 tahun menyatukan bangsa Mongol yang terpisah-pisah karena kesukuan, Temujin diangkat menjadi Jenghis Khan, sang pemimpin.

Jenghis Khan merupakan pemimpin yang sangat menjunjung tinggi kesetiaan dari bawahannya. Sejak masa kepemimpinannya dari tahun 1209 tidak ada satu pun jenderalnya yang berkhianat. Dia membalas tindakan suku-suku yang bergabung dengan dirinya dengan sebuah kesetiaan yang tinggi.

Penaklukan Jenghis Khan dimulai dari daratan China pada 1211. Di dalam buku tersebut disebutkan pula bahwa Jenghis merupakan salah satu bapak pendiri dinasti di Cina yang merupakan efek dari penyerangan itu. Untuk mengepung Kota Terlarang dia menggunakan senjata terkuat bangsa Mongol, yaitu kuda dan busur kecil yang dapat melontarkan anak panah berkilo-kilo meter. Untuk berkoordinasi antarpasukan, dia menggunakan kurir yang mampu mengantarkan pesan berjarak ratusan kilometer dalam sehari. Dia juga mengadaptasi alat pelontar batu, busur raksasa, serta tangga besar yang digunakannya dalam setiap pengepungan kota.

Pada 1218, Jenghis mulai bergerak ke wilayah barat. Termasuk di dalamnya penyerangannya  ke wilayah kaum Muslim di kawasan Asia Tengah. Disebutkan dalam buku tersebut, pembantaian jutaan kaum Muslim di kota Merv, Khwarezm, atau kota berpenduduk Muslim yang lain, adalah karena sikap pimpinan kota Khwarezm yang terlalu paranoid dengan kedatangan Jenghis Khan. Utusan pimpinan bangsa Mongol itu yang bertujuan membuka perdagangan di jalur sutra dibunuh oleh pimpinan Khwarazem. Jenghis yang sangat mengagungkan kesetiaan akhirnya membalas dendam atas penghinaan itu dengan membantai hampir 1,3 juta Muslim dalam perjalanannya menuju Rusia.

Perjalanan hidup Sang Penakluk akhirnya berakhir dalam perjalanan pulangnya ke Xi Xia, pintu gerbang dataran China. Saat melintasi Sungai Kuning, dia diceritakan menderita sakit yang parah. Mendekati kematiannya, dia berwasiat kepada para jenderalnya untuk merahasiakan kematiannya agar rencana-rencana penaklukannya bisa terus berjalan melalui penggantinya.


www.dinamikaebooks.com

0 komentar: