Senin, 27 Oktober 2008

[resensi buku] Pelajaran dari Peristiwa Kenabian

REPUBLIKA, Minggu, 19 Oktober 2008.

TENTU pantas sekali merekomendasikan buku bertema keislaman kepada umat Muslim selama rangkaian bulan Ramadhan dan Syawal 1429 H ini. Pilihan saya jatuh pada Muhammad, Rasul Zaman Kita (Serambi, 2008) karya Tariq Ramadan. Biografi Nabi Muhammad ini ditulis dengan bagus dan segar, menggunakan pendekatan penulisan sejarah nabi yang agak lain dan unik. Buku ini jelas sangat direkomendasikan terutama untuk semua umat Muslim; namun mereka yang tertarik tentang jiwa besar, perjuangan, moralitas, toleransi agama, pantas juga membaca buku ini.

Tariq Said Ramadan---cucu Hassan Al-Bana, tokoh aktivis Islam terkemuka dari Mesir, pendiri organisasi Ihkwanul Muslimin---dengan pintar menarik berbagai pelajaran dari setiap peristiwa penting yang terjadi dalam fase kehidupan Muhammad. Ayah Tariq, Sayyid Ramadan, ialah putra Hassan Al-Bana yang terpaksa hidup di pengasingan Eropa akibat tekanan rezim Gamal Abdel Nasser. Lahir di Geneva, Swiss, pada 26 September 1962, Tariq Ramadan kini menjadi salah satu figur terkemuka Muslim Eropa. Dia bukan saja mengajar di berbagai universitas di Eropa dan kerap berceramah tentang masalah keislaman, melainkan juga aktif dalam berbagai gerakan Islam, termasuk diundang sebagai konsultan masalah keislaman oleh berbagai pemerintahan negara Eropa dan Persatuan Eropa (E.U.) Boleh jadi, gagasannya yang paling terkenal ialah memunculkan istilah \"European Islam\" (Islam Eropa.)

Karena latar belakangnya lahir dan tinggal di Eropa, dia berpendapat tak ada konflik antara menjadi seorang Muslim dan orang Eropa sekaligus. Seorang Muslim mesti menerima hukum-hukum negara yang ditinggalinya, kecuali untuk kondisi tertentu. Perbedaan budaya membuat seorang Muslim Eropa berbeda dengan Muslim Asia, misalnya. Oleh karena itu seorang Muslim Eropa mesti mempelajari lagi teks-teks fundamental Islam, terutama Al-Quran, dan menafsirkannya sesuai latar belakang sendiri---dalam kasus ini dipengaruhi oleh masyarakat Eropa. Pada bukunya yang khusus membahas masalah itu, To Be a European Muslim (1999), Tariq mencoba menawarkan solusi, yakni menjadi Muslim yang autentik dan pada saat bersamaan menjadi warga negara yang baik di negara-negara Barat.

SEBAGAIMANA banyak figur terkemuka agama lain, biografi Muhammad senantiasa muncul di setiap zaman, belum lagi biografi yang ditujukan untuk pembaca kanak-kanak. Bila sudah banyak, mengapa menulis yang lain lagi? demikian pertanyaan retoris muncul di book description.

Yang unik dari Muhammad, Rasul Zaman Kita ialah interpretasi penulisnya terhadap peristiwa sejarah dan upaya mengambil pelajaran dari setiap kejadian penting tersebut, lantas menariknya dalam perspektif zaman sekarang. Sepanjang perjalanan kenabian Muhammad merupakan rangkaian peristiwa dan suri teladan yang tetap bisa kita gunakan sebagai bimbingan perjalanan dalam mengisi kehidupan di dunia. Tariq secara konsisten menghindari klise penulisan biografi Muhammad, misalnya bahwa segala peristiwa yang terjadi dalam dirinya merupakan rentetan keajaiban semata. Malah sebaliknya, dengan cara ungkap yang tegas, dia menyatakan bahwa kehidupan Muhammad merupakan rangkaian kerja keras, kontemplasi, pengorbanan, dan pengambilan keputusan yang sering penuh risiko.

Selain pelajaran-pelajaran itu, Tariq dengan amat kuat memperlihatkan bahwa Muhammad lebih merupakan tokoh reformasi sosial yang berusaha mengubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik, alih-alih hanya sebagai tokoh agama Islam dalam pengertian sempit. Demi menghadapi kesewenang-wenangan yang ditunjukkan oleh pemerintahan jahiliyah Mekkah, beliau bekerja sama dengan semua pihak yang mau melawan ketidakadilan dan berbagai pelanggaran HAM. Muhammad merupakan pengubah dunia sejati. Menggunakan prinsip-prinsip kebersamaan dan keadilan sosial, beliau terbuka bekerja sama dengan siapa pun, terlebih-lebih kepada orang beriman dari ranting agama Abrahamik, yaitu Yahudi dan Kristen. Dalam sejumlah ekspedisi militer, bahkan ada orang musyrik yang dipercaya nabi sebagai informan.

Buku ini makin menguatkan nilai positif dan penghargaan yang muncul dari para penulis biografi Muhammad. Studi Karen Armstrong dalam buku terbarunya, Muhammad: Prophet For Our Time , secara kritis membuktikan bahwa Muhammad seorang yang pro gerakan moral, etika, dan keadilan sosial, bukan seorang penyebar agama dalam pengertian eksklusif. Muhammad lebih banyak menegosiasikan nilai yang bisa disepakati bersama warga dalam otoritas kekuasaannya, sementara keimanan merupakan soal pilihan dan penerimaan, bukan opsi yang bisa dinegosiasikan.

Di zaman yang telah begitu jauh berjarak dengan peristiwa kenabian, biografi Muhammad selalu menyegarkan dan mendekatkan kembali umat Islam dengan figur utama dalam sistem keyakinannya. Di sisi lain, ada pengakuan dan penegasan bahwa Muhammad memang hadir di dunia ini untuk semua umat manusia. Boleh jadi ini merupakan isyarat agar kaum Muslim menyilakan kaum non-Muslim menelaah kehidupan Muhammad dengan berbagai cara studi dan kepentingannya. Muhammad merupakan sosok dan sejarah yang terbuka; beliau boleh ditilik lewat berbagai cara, sebagaimana umat Muslim senantiasa memuliakan dan menjaga kesuciannya.

Tariq Ramadan memperlihatkan etos tersebut; di satu sisi dia menggali berbagai sumber klasik, termasuk hadis dan Al-Quran, lantas menggunakan khazanah tersebut untuk perenungan dan komentar dari sudut spiritual, filosofis, sosial, legal, politis, dan kultural yang terinspirasi dari peristiwa faktual yang dialami nabi, umat, dan masyarakat sezamannya.[]

Anwar Holid, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung, blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com


Muhammad, Rasul Zaman Kita
Judul asli: In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of Muhammad
Penulis: Tariq Ramadan
Penerjemah: R. Cecep Lukman Yasin
Penerbit: Serambi, 2008
ISBN: 978-979-1275-77-4


www.dinamikaebooks.com

0 komentar: