by: Ahmad Taufik
Hidup di bui! Siapa yang mau? Tapi jika sudah menimpa pada diri kita, mau tak mau hidup di tempat seperti itu mesti dijalani. Dari pengalaman hampir tiga tahun di lima tempat berbeda: dua rumah tahanan (Polda Metrojaya, Rumah Tahanan Salemba) serta tiga lembaga pemasyarakatan (Cipinang, Cirebon, sampai Cijoho), penulis mengetahui dan mengalami banyak hal. Mulai dari praktik "mengakali" hukuman sampai cerita menarik pengalaman menyalurkan hasrat seksual.
Dari pengalaman itu, terasa penjara bukan lagi hotel prodeo (tempat gratis), tapi menjadi lahan bisnis. Karena ada orang yang perlu kenyamanan dan keamanan, akibatnya yang tumbuh adalah diskriminasi perlakuan, yang ada uang dapat nyaman, tak ada uang tak punya harapan. Segala taktik licik pun dipraktikkan dalam setiap proses hukum, mulai dari penangkapan, penempatan dalam ruang tahanan, sampai pembebasan. Jika Anda terpaksa harus hidup dalam penjara, jangan dulu masuk sebelum membaca buku ini. Selamat membaca.
Ahmad Taufik bekerja untuk majalah Tempo sejak 19891994 dan Media Indonesia Edisi Minggu (19941995). Penghargaan yang pernah diterima antara lain: Tasrief Award-Indonesia Press Freedom award (Jakarta) pada Juni 1995, CPJ (berbasis di New York), International Press Freedom Award 1995, Digul Award-Indonesian NGO's Human Rights Award pada 10 Desember 1996. Buku karyanya antara lain: Seks dan Gerakan Mahasiswa (1994), Asia Against West, Asia-Network (2003), Jalan Terjal Menegakkan Kebenaran, Menolak Kompromi Jadi Korban Politik (Pledoi Rahardi Ramelan), dan lainnya.
www.dinamikaebooks.com
0 komentar:
Posting Komentar