• Mungkin Anda tidak habis mengerti mengapa banyak orang baik bernasib buruk dan terpuruk, dan banyak orang jahat berkuasa dan jumawa? Mengapa anak-anak kecil tak berdosa ikut menjadi korban dari perang dan bencana alam? Mengapa Tuhan, Yang Mahatahu dan Mahakuasa, serta Mahabijaksana, "membiarkan" kejahatan dan bencana terjadi? Mengapa yang kuat terus menindas yang lemah, sepertinya tanpa ada kesanggupan untuk melawan, apalagi mengalahkan? Di mana keadilan Tuhan, kalau begitu?
• Ada orang mengaku tak beragama dan berakhlak baik, dan sebaliknya, tidak sedikit orang mengaku beragama yang berkelakuan buruk. Apakah itu berarti bahwa untuk menjadi orang baik, orang tidak harus beragama?
• Mengapa Tuhan membiarkan adanya banyak agama, yang satu sama lain berbeda dan tidak jarang bermusuhan, bahkan bertempur saling memusnahkan? Apakah tidak lebih baik jika semua manusia hanya punya satu nabi, satu kitab suci, dan satu kebenaran?
• Apakah keberagamaan kita dapat dipertanggungjawabkan secara rasional, dan bukan hanya secara emosional? Sampai di mana penalaran berfungsi dalam beragama? Adakah batas terjauh bagi akal, saat iman bicara dan akal terdiam?
• Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada? Bukankah Tuhan itu tak terbatas, sedangkan bukti tentangnya selalu terbatas? Bukankah bukti itu dimungkinkan sejauh kemampuan manusia mengindra, merasa, berpikir, yang selalu berubah dan berkembang? Seberapa meyakinkankah bukti tentang adanya Tuhan itu?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, dalam suatu momen kehidupan, entah kapan, pastilah pernah terpikir oleh orang yang beragama—dengan kadar dan intensitasnya yang berbeda-beda. Buku ini mengajak Anda untuk merenungkan kembali pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang barangkali selama ini mengendap di bawah kesadaran, terlibas oleh kebanalan hidup sehari-hari.
Dengan itu, pengarang seakan-akan mengajak Anda untuk memasuki gerbang awal menuju kebijaksanaan dan pengertian-mendalam tentang Tuhan, manusia, dan alam semesta.
• Ada orang mengaku tak beragama dan berakhlak baik, dan sebaliknya, tidak sedikit orang mengaku beragama yang berkelakuan buruk. Apakah itu berarti bahwa untuk menjadi orang baik, orang tidak harus beragama?
• Mengapa Tuhan membiarkan adanya banyak agama, yang satu sama lain berbeda dan tidak jarang bermusuhan, bahkan bertempur saling memusnahkan? Apakah tidak lebih baik jika semua manusia hanya punya satu nabi, satu kitab suci, dan satu kebenaran?
• Apakah keberagamaan kita dapat dipertanggungjawabkan secara rasional, dan bukan hanya secara emosional? Sampai di mana penalaran berfungsi dalam beragama? Adakah batas terjauh bagi akal, saat iman bicara dan akal terdiam?
• Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada? Bukankah Tuhan itu tak terbatas, sedangkan bukti tentangnya selalu terbatas? Bukankah bukti itu dimungkinkan sejauh kemampuan manusia mengindra, merasa, berpikir, yang selalu berubah dan berkembang? Seberapa meyakinkankah bukti tentang adanya Tuhan itu?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, dalam suatu momen kehidupan, entah kapan, pastilah pernah terpikir oleh orang yang beragama—dengan kadar dan intensitasnya yang berbeda-beda. Buku ini mengajak Anda untuk merenungkan kembali pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang barangkali selama ini mengendap di bawah kesadaran, terlibas oleh kebanalan hidup sehari-hari.
Dengan itu, pengarang seakan-akan mengajak Anda untuk memasuki gerbang awal menuju kebijaksanaan dan pengertian-mendalam tentang Tuhan, manusia, dan alam semesta.
www.dinamikaebooks.com
0 komentar:
Posting Komentar