Review oleh: Noviane Asmara (http://www.facebook.com/noviane.asmara)
Keluarga adalah segalanya! Di keluarga kita mulai belajar banyak hal. Dari yang biasa seperti cara bicara, duduk hingga hal besar seperti kasih sayang, rasa berbagi, berkorban dan rasa saling memiliki. Hidup seakan tidak lengkap jika kita direnggut jauh dari keluarga, dari orang-orang yang mencintai kita dan kita cintai.
Mungkin hal itu tidak berlaku untuk semua anggota keluarga, namun setidaknya untuk Soren, Burung Hantu Barn yang baru berumur dua minggu.Awalnya mereka hidup dengan aman dan tentram di Hutan Tyto hingga suatu saat sekitar lima belasan anak Burung Hantu diculik! Dalam usianya yang masih sangat belia, bahkan belum melaksanakan upacara Bulu Pertama, Soren juga mengalami penculikan!
Penculikan terjadi justru saat ia jatuh dari sarangnya, tepatnya didorong hingga jatuh oleh Kludd, kakaknya dan sedang berupaya kembali ke sana. Para penculik dengan mudah menangkap dan membawanya ke St Aegolius, sekolah untuk Burung Hantu yatim piatu.
Di sana, ternyata sudah banyak korban-korban yang diculik sebelum Soren. Mereka masih Burung Hantu, tetapi dari jenis yang berbeda. Di tempat yang menakutkan itu, Soren seperti di cuci otak. Para pengurus dan pimpinan sekolah tersebut menamai dengan istilah "Pembingungan". Segala hal yang diajarkan oleh orang tuanya dianggap tidak benar, apa yang selama ini diyakininya sebagai seuatu kesalahan justru menjadi benar. Ia juga dituntut harus patuh 100% tanpa bisa memberikan sebuah pertanyaan pun.
Apa rasanya bila kita hidup dalam suatu tempat yang melarang kita bertanya. Karena bertanya adalah sebuah kejahatan yang harus mendapatkan hukuman.
Di St. Aegolius itu juga lah, Soren bersahabat dengan Gylfie, si Burung Hantu Peri. Bersama sahabat barunya itu Soren bahu membahu merangkai sejumlah rencana untuk meloloskan diri dari tempat terkutuk itu.
Unik dan mengharukan sekali persahabatan antara Burung Hantu Barn dan Burung Hantu Peri ini. Mereka saling mengisi, saling melengkapi walau kadang mereka berselisih pendapat.
Perjuangan mereka meloloskan diri ternyata mendapat dukungan dari dua Burung Hantu senior yang mempunyai wewenang sudah lama tinggal di situ. Adalah Hortense, Burung Hantu Bintik yang sejak kedatangannya di St. Aegolius, sudah menolak cara pembingungan yang dengan caranya sendiri tanpa menimbulkan kecurigaan pihak sekolah.
Hortense yang bertugas di divisi penetasan telur, selalu menyelundupkan satu telur setiap harinya dengan pertolongan seekor Elang.
Demikian juga dengan Grimble, Burung Hantu Boreal yang bisa lolos dari pembingungan. Ia berusaha membantu Soren dan Gylfie belajar terbang. Karena dengan terbang lah mereka bisa kabur dari St. Aegolius.
Pengorbanan Hortense dan Grimble terhadap dua Burung Hantu muda itu tidak lah sia-sia. Walaupun mereka harus menebusnya dengan hidup mereka. Mereka mati sebagai pahlawan.
Ada wejangan dari Grimble saat mengajarkan Soren terbang. "Soren kau bisa berlatih terbang tapi tetap takkan bisa terbang kalu kau tidak yakin bisa terbang. Jadi ini bukan sekedar masalah berlatih, Soren. Kita harus yakin dan kita bisa karena kita tidak dibingungkan".
Petualangan Soren dan Gylfie pun tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah berhasil meloloskan diri dari tempat menyeramkan itu, mereka masih mempunyai banyak misi. Pertama meraka harus mencari keluarga mereka dahulu, kemudian mencari cara untuk bisa membebaskan semua Burung Hantu yang bingung dari St. Aegolius.
Kisah yang sangat mengharukan. Penuturan bahasanya begitu indah, seindah persahatan yang terjalin antara Soren dan Gylfie.
Saya memberikan empat bintang untuk The Capture ini yang merupakan buku pertama dari seri Guardians of Ga"Hoole. Penggambaran tempat tinggal Soren dan Burung Hantu lainnya begitu nyata tergambar jelas dalam imajinasi saya.
Walau saya menemukan beberapa typo di dalam penulisan cerita ini, tapi hal itu tidak mengurangi keindahan dan keajaiban dari cerita yang disuguhkan.
Melalui The Capture (Diculik) ini pun, saya baru tahu, kalau ternyata Burung Hantu itu, terdiri dari beragam jenis atau species, bukan satu seperti yang saya kira selama ini.
Buku yang sebentar lagi akan difilmkan, begitu sarat dengan makna. Kental dengan pesan moral yang ingin disampaikan oleh kathryn Lasky si penulis.
Mengenai indahnya hubungan dalam suatu keluarga, hubungan antara majikan dan pelayan, hubungan antara satu makhluk dan makhluk lainnya. Tentang manisnya persahabatan dan pengorbanan untuk mencapai satu tujuan.
Bagi penyuka cerita fiksi fantasi atau penyuka fabel, kisah ini menjadi bacaan wajib.
------
Penulis: Kathryn Lasky
Penerjemah : T. Dewi Wulansari
ISBN : 978-602-96987-1-8
Tebal : 338 halaman
Cover: Soft Cover
Penerbit : Kubika
Cetakan : I, Juli 2010
www.dinamikaebooks.com